Bukan Selalu Sehat, Inilah Bahaya Konsumsi Buah Tanpa Batas
Fruktosa diketahui dapat menekan hormon ghrelin atau hormon lapar dalam jumlah yang lebih minim dibandingkan gula lain.
Akibatnya, seseorang bisa merasa cepat lapar kembali meskipun sudah makan buah dalam porsi cukup. Selain itu, fruktosa juga memicu peningkatan hormon stres kortisol yang dapat mengganggu metabolisme tubuh.
Jika berlangsung lama, kondisi ini bisa memicu resistensi insulin, fatty liver, hingga meningkatkan risiko penyakit metabolik seperti obesitas, hipertensi, kolesterol tinggi, asam urat, dan diabetes.
Fenomena ini semakin diperparah dengan perkembangan teknologi pertanian. Buah-buahan saat ini banyak yang direkayasa genetik (GMO) agar lebih besar, manis, dan awet.
Meski terlihat lebih menarik, buah hasil rekayasa genetik maupun buah yang diberi pestisida, fungisida, atau insektisida tetap memiliki dampak buruk bagi kesehatan jika dikonsumsi jangka panjang.
Kesalahan umum lain yang sering terjadi adalah salah klasifikasi antara buah dan sayur. Misalnya, tomat atau labu siam kerap dianggap sayur, padahal secara botani termasuk buah.
Padahal perbedaan ini penting, karena kandungan gula pada buah umumnya lima kali lebih tinggi dibandingkan sayuran.