Jangan Tertipu! Mie Instan Rendah Kalori Justru Simpan Bahaya Tersembunyi
VIVASoccer – Mi instan menjadi salah satu makanan favorit banyak orang karena praktis, murah, dan rasanya yang digemari berbagai kalangan.
Namun, muncul pertanyaan dari masyarakat: benarkah mi instan berbahaya meski hanya mengandung sekitar 300 kalori?
Dokter Hans dari kanal kesehatan SB30 Health menegaskan, rendah kalori tidak otomatis berarti sehat.
Ilustrasi Mie Instan
- -
Ia mencontohkan, minuman bersoda diet yang nol kalori tidak mungkin lebih sehat daripada smoothie sayuran yang justru lebih tinggi kalori tetapi kaya nutrisi. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran kalori bukan patokan utama kesehatan makanan.
Menurut dr. Hans, ada beberapa hal yang membuat mi instan berisiko bila sering dikonsumsi.
"Jenis minyak bahan utama gluten ya tepung terigu itu pasti gluten, kemudian juga bahan tambahan sintetis selainnya dan juga kombinasi makannya" jelas dokter Hans.
Bahan utamanya terdiri dari tepung terigu, minyak nabati, dan garam. Minyak nabati yang digunakan umumnya melalui proses rafinasi, tinggi omega-6, dan kurang baik untuk kesehatan.
Selain itu, kandungan gluten dari tepung juga bisa bermasalah pada sebagian orang, terutama bila dikonsumsi terlalu sering.
Tak hanya itu, mi instan juga sarat dengan bahan tambahan sintetis seperti MSG, perisa buatan, pewarna, pengawet, hingga antioksidan sintetis. Kombinasi ini membuat mi instan masuk kategori ultra processed food.
Lantas, bagaimana dengan klaim mi instan hijau yang dianggap lebih sehat? Dokter Hans mengingatkan agar masyarakat lebih kritis. Warna hijau belum tentu berasal dari sayuran, bisa saja hanya pewarna.
Kalaupun benar menggunakan sayuran, jumlahnya sering sangat kecil sehingga tidak memberi manfaat berarti.
Meski begitu, dr. Hans menekankan bahwa mi instan masih bisa dikonsumsi dengan lebih bijak asal ada pengaturan. Ia memberikan lima tips agar tetap aman menikmati mi instan:
Jangan makan mi instan saja, selalu tambahkan sayur dan protein seperti telur atau ayam.
Kurangi porsi mi, lalu imbangi dengan sayuran agar lebih kenyang.
Batasi penggunaan bumbu instan yang kaya garam dan MSG, bisa diganti dengan bawang putih, bawang merah, atau rempah alami.
Jangan terlalu sering, maksimal seminggu sekali. Semakin jarang, semakin baik.
Bagikan dengan teman atau keluarga agar porsinya tidak berlebihan.
Pesan utamanya, jangan hanya menilai makanan dari jumlah kalori, melainkan dari kualitas nutrisi yang terkandung. Mi instan memang praktis dan enak, tapi jika dikonsumsi setiap hari tanpa kontrol, dampaknya bisa serius bagi kesehatan.
"Enggak apa-apa ya tapi kurangin frekuensi Makannya jangan tiap hari dong ya jadi at least paling cepat makan ya seminggu sekali itu udah paling banyaklah" ujar dokter Hans.**