Musim Debut Hamilton di Ferrari Berubah Jadi Mimpi Buruk, Kepercayaan Diri Mulai Terkikis
- BBC
VIVASoccer – Lewis Hamilton memulai musim perdananya bersama Ferrari dengan penuh optimisme.
Keputusan pindah dari Mercedes pada akhir 2023 disambut dengan keyakinan bahwa Ferrari bisa menjadi batu loncatan menuju gelar juara dunia kedelapan.
Awal tahun berjalan penuh energi. Hamilton mengaku merasakan semangat baru dan percaya Ferrari telah menemukan “potongan puzzle terakhir” untuk kembali bersaing di papan atas Formula 1.
Namun, 14 balapan berjalan tanpa satu pun kemenangan Grand Prix.
McLaren tampil dominan, sementara Ferrari hanya mampu meraih beberapa podium lewat Charles Leclerc dan satu kemenangan sprint yang dicatatkan Hamilton di Shanghai.
Momentum positif sulit dipertahankan, dan performa Ferrari kerap terhambat oleh mobil yang kurang konsisten.
Puncak kekecewaan Hamilton terjadi di GP Hungaria.
Ia tersingkir di Q1 pada sesi kualifikasi, sementara rekan setimnya Leclerc merebut pole position.
“Absolutely useless,” ujar Hamilton, menggambarkan rasa frustrasinya. Ia bahkan menambahkan, “Mereka mungkin perlu ganti pembalap.”
Kata-kata itu mencerminkan betapa kepercayaan dirinya terguncang.
Di tengah sorotan publik, komunikasi antara Hamilton dan insinyur balapnya juga dinilai kurang solid. Strategi Ferrari yang sering dipertanyakan membuat situasi semakin rumit.
Perbandingan dengan Leclerc pun tak terhindarkan.
Meski menghadapi keterbatasan mobil, Leclerc tetap mampu mengamankan hasil positif di beberapa balapan, sementara Hamilton kesulitan memaksimalkan potensi yang ada.
Fenomena ini bukan hal baru bagi Hamilton.
Di masa-masa sulit bersama Mercedes, ia juga pernah melontarkan komentar pedas saat performa timnya jeblok. Bedanya, saat itu publik masih yakin ia mampu bangkit.
Kini, pindah ke Ferrari di tengah era regulasi yang hampir berakhir terbukti menjadi tantangan tersendiri.
Perbedaan budaya kerja, karakter mobil, dan data teknis membuat adaptasi berjalan lebih lambat dari yang diharapkan.
Di tengah keterpurukan, Hamilton sempat mengunjungi markas Mercedes saat GP Belgia di Spa.
Momen itu memicu spekulasi tentang kerinduannya pada masa-masa kejayaan bersama tim lamanya.
Pertanyaan pun muncul: apakah masalah terbesar Ferrari saat ini hanya terletak pada performa mobil, atau justru pada keyakinan Hamilton terhadap kemampuannya sendiri untuk kembali menjadi juara