Dari Onana hingga Bayindir, Mengapa Posisi Kiper United Selalu Jadi Sorotan
- Sky Sports
VIVASoccer – "Menjadi kiper Manchester United saat ini sangatlah sulit."
Kalimat itu diucapkan Ruben Amorim sebelum jeda internasional, yang langsung menyoroti persoalan serius di posisi penjaga gawang United jelang derby Manchester di Etihad Stadium, Minggu mendatang.
Sejak pernyataan tersebut, United mengeluarkan dana £18 juta untuk mendatangkan Senne Lammens, kiper muda 23 tahun dari Royal Antwerp yang dianggap berbakat, ketimbang membidik Emiliano Martinez dari Aston Villa.
Selain itu, klub juga tengah merampungkan kesepakatan dengan Trabzonspor agar Andre Onana bisa dipinjamkan. Padahal, kiper Kamerun itu baru dua tahun lalu direkrut dari Inter Milan dengan biaya £47 juta.
Kondisi ini membuat Amorim harus memilih antara tetap mempercayakan gawang pada Altay Bayindir, kiper nomor dua timnas Turki, atau langsung memberi debut pada Lammens di laga yang sangat krusial.
Bayindir sejauh ini sudah tampil tiga kali di Premier League musim ini, namun melakukan kesalahan fatal melawan Burnley dan Arsenal, serta tampil kurang meyakinkan saat menghadapi Fulham.
Situasi ini semakin berat karena setiap kesalahan kiper United akan langsung menjadi sorotan besar dan dihakimi tanpa ampun.
Apa yang Salah dengan Onana?
Banyak yang menilai Onana tidak cukup bagus untuk United, namun anggapan itu dianggap keliru.
Edwin van der Sar, legenda Belanda sekaligus mantan CEO Ajax, pernah memantau Onana selama tiga tahun dan sangat mendukung kepindahannya ke Old Trafford. Ia bahkan masih membela Onana setelah musim debutnya yang mengecewakan.
Onana sendiri mengaku terpukul dengan awal kariernya di Inggris.
"Saya datang sebagai kiper terbaik dunia, dan boom, semuanya runtuh," katanya dilansir dari BBC Sport sebelum final Piala FA 2024.
"Saya sampai bertanya, apa yang sebenarnya terjadi?"
Masalah muncul sejak debut di Old Trafford. Saat laga pramusim melawan Lens, Onana keluar jauh dari area gawang dan mengoper ke Diogo Dalot yang kemudian kehilangan bola, hingga Onana kebobolan dari jarak 50 yard.
Keputusan Erik ten Hag untuk mendepak David de Gea demi Onana juga tidak berjalan mulus.
Perubahan taktik membuat gaya bermain Onana berkurang efektivitasnya, sementara kesalahan demi kesalahan membuat kepercayaan fans merosot.
Puncaknya terjadi saat United melawan Lyon di Liga Europa. Sebelum laga, Onana berkata timnya "jauh lebih baik" dari lawan, namun Nemanja Matic justru menyerangnya di konferensi pers dengan menyebut Onana sebagai "salah satu kiper terburuk dalam sejarah klub".
Tekanan itu berujung dua blunder Onana, dan sejak saat itu posisinya makin goyah.
Mengapa Kiper United Butuh "Kulit Badak"
United memilih Lammens karena dianggap bisa menjadi bagian penting dalam tiga hingga empat tahun ke depan.
Namun, keputusan ini tak menghapus fakta bahwa kiper United selalu berada di bawah sorotan besar.
"Untuk menjadi nomor satu di United, kamu harus punya kulit badak," ujar Phil Jones, eks bek United dengan 229 penampilan.
Jones menjelaskan bahwa seragam United terasa sangat berat untuk dipakai.
"Kiper harus tenang, berwibawa, dan tidak panik menghadapi situasi sulit. Jika kiper membuat kesalahan, itu bisa menular ke seluruh lini belakang," tambahnya.
Ia menilai David de Gea berhasil bertahan karena punya mental kuat meski sempat mengalami start buruk.
"Ketika saya bilang kulit badak, De Gea punya itu. Dia bisa cuek terhadap kesalahan, bahkan kadang terlihat santai. Tapi ketika dibutuhkan, dia selalu ada," kata Jones.
Ketika Blunder Membekas Seumur Karier
Nama besar kiper United identik dengan Peter Schmeichel, Van der Sar, hingga De Gea. Namun, sejarah juga mencatat ada sosok lain yang ikut menyumbang gelar meski penuh tekanan.
Fabian Barthez, Mark Bosnich, Raimond van der Gouw, hingga Roy Carroll sempat membawa United juara Premier League.
Carroll, kini pelatih akademi di Arab Saudi, mengaku merasakan betul beratnya jadi kiper United.
"Saya datang tahun 2001 dan semua orang menunggu 'Schmeichel baru'. Satu kesalahan saja bisa jadi berita besar," ucapnya.
Ia mengingat momen paling diingat fans: blundernya saat menghadapi Tottenham, ketika bola tendangan Pedro Mendes sudah melewati garis gawang tapi tidak disahkan wasit.
"Saya membuat kesalahan besar melawan Spurs, dan itulah yang orang-orang ingat. Saya bisa tertawa sekarang, tapi saat itu sungguh menyakitkan," kata Carroll.
Lebih jauh, ia menekankan pentingnya dukungan mental.
"Tidak ada yang mengajari saya bagaimana mengendalikan sisi mental. Kamu bisa jadi kiper terbaik di dunia, tapi kalau mental runtuh, kariermu bisa hancur," ujarnya.
Carroll pun berpesan bahwa tekanan untuk kiper United akan selalu ada, tapi dukungan di luar lapangan sama pentingnya dengan performa di atas lapangan