10 Aturan Tak Tertulis Saat Nonton Liga Inggris di Stadion
- The Stadium Guide
VIVASoccer – Musim baru Premier League biasanya membawa aturan resmi yang diperbarui. Namun, ada hal-hal yang sejatinya tidak boleh berubah, terutama soal etika di tribun penonton.
Regulasi resmi memang terus disesuaikan. Salah satunya wacana terbaru bahwa hanya kapten tim yang boleh berbicara dengan wasit.
Meski begitu, ada pula kode etik di stadion yang tidak pernah tertulis, tetapi sudah menjadi bagian dari budaya sepak bola. Sayangnya, sebagian mulai terabaikan.
Padahal, catatan menunjukkan jumlah penangkapan di stadion kian menurun. Kasus pelecehan rasial pun jarang terjadi langsung di lapangan, meski masih marak di media sosial.
Artinya, menonton pertandingan langsung kini lebih aman dibandingkan sebelumnya.
Namun, muncul pertanyaan baru: apakah pengalaman menonton juga makin menyebalkan?
Selepas pandemi, perilaku publik di ruang bersama sering bikin geleng kepala. Mulai dari orang yang menelepon dengan loudspeaker di kereta hingga antrean berantakan di pub.
Hal serupa kerap terbawa ke stadion, di mana sebagian penonton lupa tata krama.
Karena itu, berikut 10 aturan tak tertulis bagi suporter sepak bola di stadion Inggris. Termasuk untuk Anda, fans Indonesia yang suatu saat ingin merasakan atmosfer langsung di sana.
1. Ikuti Suasana Sekitar
Kalau membeli tiket di tribune penuh nyanyian, jangan mengeluh soal teriakan. Sebaliknya, jika berada di area tenang, ikuti ritme penonton lain.
Kalau mayoritas berdiri, jangan protes karena pandangan terhalang. Namun, kalau mayoritas duduk lalu Anda memaksa berdiri, bersiaplah diteriaki “Sit daaahn!” oleh fans di belakang.
2. Jaga Kebersihan Diri
Sabtu sore bisa berantakan hanya gara-gara bau badan atau napas tak sedap penonton sebelah. Jangan jadi penyebabnya, karena hal ini lebih sering terjadi pada penonton pria.
3. Peka terhadap Warna Kostum
Etika terburuk adalah datang menonton klub kecil sambil mengenakan atribut klub besar Anda. Lebih parah lagi jika masuk ke tribune tuan rumah dengan seragam tim lawan.
Tidak selalu berujung ricuh, tapi jelas provokatif. Bahkan anak kecil pun sebaiknya tidak memakai jaket Liverpool ketika menonton Tranmere, misalnya.
4. Jangan Rewel soal Fasilitas
Makanan seperti di pom bensin, kursi keras, atau pengering tangan yang lemah bukan alasan untuk protes berlebihan. Ingat, ini stadion sepak bola, bukan lounge bandara.
5. Jangan Jadi Biang Onar
Boleh saja bersuara keras atau minum bir, tapi jangan sampai merusak suasana. Perhatikan bila ada anak-anak di sekitar. Menghujat pemain sendiri dengan makian juga tidak keren.
Namun, Anda boleh memilih satu kata makian favorit untuk ditujukan kepada pemain lawan atau wasit, setidaknya sekali dalam semusim. Gunakan dengan bijak.
6. Jangan Sibuk dengan Fantasy Football atau Taruhan
Obrolan paling membosankan di stadion adalah soal fantasy football atau taruhan. Lebih buruk lagi kalau Anda lebih sibuk memantau pertandingan lain di ponsel ketimbang laga yang sedang ditonton.
7. Jangan Ciptakan Konten Palsu
Merekam momen penalti atau selebrasi masih wajar. Tetapi, berpura-pura berlebihan hanya demi konten TikTok ketika bola sedang bergulir sungguh menyedihkan. Simpan ponsel Anda.
8. Minimalkan Lihat Ponsel
Buat resolusi musim ini: jangan sibuk dengan layar ponsel. Jangan sampai terlewat gol atau momen penting hanya karena asyik melihat hal yang bahkan tidak diingat lagi.
9. Datang Tepat Waktu, Jangan Pulang Cepat
Terlambat kick-off atau keluar sebelum jeda mungkin masih bisa dimaklumi sekali. Tetapi, jangan bolak-balik lewat hingga membuat orang lain di barisan harus berdiri berulang kali.
Alasan bisa karena macet, antre pintu masuk, atau ingin beli bir plastik seharga enam paun. Namun, jangan sampai mengganggu banyak orang.
10. Hargai Keberagaman Penonton
Sepak bola menyatukan banyak perbedaan di satu tribun. Anda mungkin lebih punya kesamaan dengan fans lawan di seberang tribune ketimbang penonton yang hanya menyaksikan lewat TV.
Karena itu, jangan terlalu gusar dengan tingkah aneh suporter lain. Pengalaman kolektif di stadion memang tidak pernah sempurna, tapi justru itu yang membuatnya berkesan