Dari Prancis vs Inggris 1931 Hingga Messi dan Ronaldo, Sejarah Tukar Jersey di Sepak Bola

Tukar Jersey
Sumber :
  • VivaGoal

VIVASoccerTukar jersey usai pertandingan adalah pemandangan umum di dunia sepak bola modern.

Aksi ini tak hanya dilakukan oleh pemain muda, tapi juga oleh bintang besar seperti Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.

Namun, tahukah kamu bahwa kebiasaan ini sudah ada sejak nyaris satu abad lalu?

Awalnya Karena Kebanggaan Kalahkan Inggris

Sejarah mencatat, tradisi saling bertukar jersey pertama kali terjadi pada 1931 ketika tim nasional Prancis berhasil mengalahkan Inggris untuk pertama kalinya.

Karena begitu bangganya, para pemain Prancis meminta jersey lawan sebagai bentuk kenang-kenangan dan Inggris menyetujuinya.

Versi lainnya menyebut, pertukaran jersey mulai resmi dilakukan saat Piala Dunia 1954 di Swiss.

Tidak ada pemicu khusus yang tercatat, namun sejak saat itu, ritual ini terus berkembang dan menjadi bagian dari budaya sepak bola global.

Simbol Rasa Hormat dan Koleksi Pribadi

Tukar jersey bukan hanya soal kenang-kenangan, tapi juga bentuk penghargaan antarpemain.

Ketika seorang pemain tampil luar biasa atau punya reputasi tinggi, jersey miliknya bisa menjadi trofi emosional bagi lawannya.

Bagi beberapa pemain, seperti Lionel Messi, bertukar jersey pun dilakukan dengan selektif.

“Saya tidak pernah minta jersey siapa pun, kecuali Zidane,” kata Messi dalam wawancara dengan TyC Sports.

“Biasanya saya hanya bertukar jersey jika rekan senegara memintanya, atau lawan yang datang lebih dulu.”

Jersey yang sudah ditukar bisa disimpan, dipajang, atau bahkan dijual.

Banyak pemain memamerkan koleksi pribadi mereka di media sosial, termasuk Messi yang sempat viral dengan dinding penuh jersey lawan-lawan ternama.

Pernah Dilarang Selama Pandemi

Tradisi ini sempat hilang di awal pandemi Covid-19.

UEFA, sebagai otoritas tertinggi sepak bola Eropa, saat itu secara tegas menyarankan agar pemain tidak melakukan tukar jersey demi mencegah penularan virus.

Dalam dokumen protokol "return to play" yang diterbitkan UEFA untuk Liga Champions dan Liga Europa, dijelaskan bahwa aktivitas seperti berbagi jersey atau bersalaman sebaiknya dihindari.

Meski tidak disebutkan sanksi spesifik, UEFA menegaskan bahwa pelanggaran terhadap protokol kesehatan dapat berujung pada hukuman disipliner.

Tradisi yang Kembali Hidup

Kini setelah pandemi mereda dan dunia sepak bola kembali berjalan normal, tradisi tukar jersey kembali dilakukan seperti sedia kala.

Euro 2020 misalnya, memperlihatkan banyak momen tukar jersey meski stadion belum terisi penuh.

Tukar jersey memang hanya aksi kecil setelah peluit panjang berbunyi.

Tapi maknanya besar. Ia menjadi simbol sportivitas, saling hormat, dan kenangan tak tergantikan dari 90 menit pertarungan di lapangan hijau

VIVASoccerTukar jersey usai pertandingan adalah pemandangan umum di dunia sepak bola modern.

Aksi ini tak hanya dilakukan oleh pemain muda, tapi juga oleh bintang besar seperti Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.

Namun, tahukah kamu bahwa kebiasaan ini sudah ada sejak nyaris satu abad lalu?

Awalnya Karena Kebanggaan Kalahkan Inggris

Sejarah mencatat, tradisi saling bertukar jersey pertama kali terjadi pada 1931 ketika tim nasional Prancis berhasil mengalahkan Inggris untuk pertama kalinya.

Karena begitu bangganya, para pemain Prancis meminta jersey lawan sebagai bentuk kenang-kenangan dan Inggris menyetujuinya.

Versi lainnya menyebut, pertukaran jersey mulai resmi dilakukan saat Piala Dunia 1954 di Swiss.

Tidak ada pemicu khusus yang tercatat, namun sejak saat itu, ritual ini terus berkembang dan menjadi bagian dari budaya sepak bola global.

Simbol Rasa Hormat dan Koleksi Pribadi

Tukar jersey bukan hanya soal kenang-kenangan, tapi juga bentuk penghargaan antarpemain.

Ketika seorang pemain tampil luar biasa atau punya reputasi tinggi, jersey miliknya bisa menjadi trofi emosional bagi lawannya.

Bagi beberapa pemain, seperti Lionel Messi, bertukar jersey pun dilakukan dengan selektif.

“Saya tidak pernah minta jersey siapa pun, kecuali Zidane,” kata Messi dalam wawancara dengan TyC Sports.

“Biasanya saya hanya bertukar jersey jika rekan senegara memintanya, atau lawan yang datang lebih dulu.”

Jersey yang sudah ditukar bisa disimpan, dipajang, atau bahkan dijual.

Banyak pemain memamerkan koleksi pribadi mereka di media sosial, termasuk Messi yang sempat viral dengan dinding penuh jersey lawan-lawan ternama.

Pernah Dilarang Selama Pandemi

Tradisi ini sempat hilang di awal pandemi Covid-19.

UEFA, sebagai otoritas tertinggi sepak bola Eropa, saat itu secara tegas menyarankan agar pemain tidak melakukan tukar jersey demi mencegah penularan virus.

Dalam dokumen protokol "return to play" yang diterbitkan UEFA untuk Liga Champions dan Liga Europa, dijelaskan bahwa aktivitas seperti berbagi jersey atau bersalaman sebaiknya dihindari.

Meski tidak disebutkan sanksi spesifik, UEFA menegaskan bahwa pelanggaran terhadap protokol kesehatan dapat berujung pada hukuman disipliner.

Tradisi yang Kembali Hidup

Kini setelah pandemi mereda dan dunia sepak bola kembali berjalan normal, tradisi tukar jersey kembali dilakukan seperti sedia kala.

Euro 2020 misalnya, memperlihatkan banyak momen tukar jersey meski stadion belum terisi penuh.

Tukar jersey memang hanya aksi kecil setelah peluit panjang berbunyi.

Tapi maknanya besar. Ia menjadi simbol sportivitas, saling hormat, dan kenangan tak tergantikan dari 90 menit pertarungan di lapangan hijau