Stop Diagnosa Mental dari Internet, Ini Pesan Penting Dokter untuk Generasi Muda
VIVASoccer – Di era media sosial, banyak orang muda dengan mudah mengaku mengalami depresi atau bipolar hanya karena membaca artikel di internet.
Padahal, mendiagnosa gangguan mental sendiri sangat berisiko dan bisa memperburuk kondisi.
Dokter Tirta dalam kanal YouTubenya menegaskan, kesehatan jiwa tidak boleh dianggap remeh dan hanya bisa ditangani oleh tenaga profesional.
Mental Illnes
- -
Menurutnya, diagnosis kesehatan jiwa membutuhkan pendidikan panjang hingga belasan tahun bagi seorang psikiater.
"Kita tidak bisa ngejudge yang satu ya satu hal pasti kita itu tidak bisa namanya mendiagnosa diri kita sendiri itu nggak boleh" jelas dokter Tirta.
Obat-obatan pun tidak bisa sembarangan dikonsumsi karena berhubungan langsung dengan sistem saraf pusat dan diawasi ketat oleh apotek.
Banyak kasus pasien yang hidup dalam imajinasi atau mengalami delusi hingga sulit membedakan realitas. Hal ini hanya bisa ditangani melalui pendampingan medis jangka panjang.
Dokter juga menekankan bahwa orang yang benar-benar depresi jarang mengaku dirinya sakit, dan gejalanya sering terlihat dari perubahan perilaku, seperti kehilangan minat, menyendiri, atau mengurung diri.
Ia juga mengingatkan bahaya tren remaja yang dengan mudah menyebut dirinya bipolar atau depresi lalu mengunggahnya ke media sosial.
Selain berisiko memperburuk kondisi diri sendiri, hal ini bisa memicu histeria massa dan memengaruhi orang lain yang sebenarnya sehat.
Pesannya sederhana: jika merasa ada masalah mental, segera cari pertolongan profesional, baik psikiater maupun psikolog, dan jangan pernah mengandalkan Google untuk menentukan diagnosis.**