Kekalahan Newcastle Tunjukkan Rapuhnya Skuad Tanpa Isak
- id.pinterest.com
VIVASoccer – Penderitaan di menit akhir saat melawan Liverpool kembali menghantui Newcastle United. Bukan pertama kalinya The Magpies kalah dengan cara yang begitu menyakitkan.
Generasi lama fans Newcastle masih ingat betul gol penentu Stan Collymore pada 1996, sementara dua tahun lalu giliran Darwin Nunez yang mencuri kemenangan di St James’ Park lewat gol di menit akhir.
Namun, tak ada yang lebih telat dibandingkan gol Rio Ngumoha di menit ke-100, Senin malam lalu.
Newcastle sempat bangkit setelah tertinggal 2-0 meski bermain dengan 10 orang dan kehilangan Fabian Schar, Sandro Tonali, serta Joelinton karena cedera.
Tapi semua perjuangan itu tetap berakhir tanpa poin. Meski begitu, peluit akhir justru disambut tepuk tangan panjang dari publik St James’ Park yang berdiri memberi penghormatan pada tim.
“Anak-anak ini membuat saya bangga,” ucap pelatih Eddie Howe seusai kekalahan 3-2 itu.
“Semangat dan kebersamaan mereka tidak pernah diragukan. Mereka benar-benar menyatu dengan Newcastle. Mereka ingin berada di sini, mereka ingin bermain, mereka punya ikatan yang sangat dalam dengan klub.”
Suporter Menyala, Isak Jadi Bayangan
Kata-kata Howe terasa tepat. Beberapa bulan lalu, Alexander Isak menorehkan sejarah dengan golnya ke gawang Liverpool di final Carabao Cup yang mengakhiri penantian 70 tahun Newcastle untuk meraih trofi domestik.
Ironisnya, kali ini justru fans Liverpool yang bernyanyi soal Isak, mendesak Newcastle untuk segera “melepaskannya”.
Isak absen lagi, masih berlatih terpisah dari tim usai menolak bergabung, sementara tawaran £110 juta dari Liverpool sudah ditolak.
Drama transfer ini semakin menambah intensitas laga.
Bahkan suasana terasa jauh dari sekadar pertandingan awal musim. Bus Liverpool disambut cemooh saat tiba.
Saat nama pemain tamu diumumkan menjelang kick-off, stadion bergemuruh dengan teriakan boo yang memekakkan telinga.
Semangat fans sejalan dengan intensitas permainan Newcastle.
Liverpool harus melakukan tujuh pelanggaran hanya dalam 20 menit pertama demi meredam tuan rumah.
Liverpool akhirnya unggul lewat gol Ryan Gravenberch.
Situasi makin buruk setelah Anthony Gordon diusir wasit akibat pelanggaran keras terhadap Virgil van Dijk.
Gol Hugo Ekitike di awal babak kedua sempat memperlebar jarak.
Namun St James’ Park kembali meledak ketika Bruno Guimaraes menanduk bola untuk memperkecil ketertinggalan, lalu William Osula menyamakan kedudukan.
Sayangnya, semua usaha sirna saat Liverpool kembali mencetak gol di penghujung laga.
Isak Masih Jadi Kunci
Newcastle sebenarnya memiliki peluang besar jika mampu memanfaatkan dominasi saat skor masih imbang.
Namun set-piece terbuang sia-sia dan tak ada striker murni yang bisa menyambar umpan silang.
Dalam dua laga pembuka musim ini, Newcastle mencatat 26 tembakan, tapi hanya enam yang tepat sasaran dengan dua gol tercipta.
Osula memang mencetak gol, tapi pemain 22 tahun itu masih minim pengalaman di Premier League.
Dengan kegagalan mendatangkan Jorgen Strand Larsen (Wolves) maupun Yoane Wissa (Brentford), opsi Howe semakin terbatas.
Di tengah kondisi itu, Newcastle sejatinya masih punya salah satu striker terbaik dunia dalam diri Isak.
“Kualitas Alex pasti akan membuat perbedaan di tim,” kata Howe.
“Tidak ada yang bisa menyangkal itu. Tapi, meski begitu, performa tim selama dua pertandingan terakhir tetap bagus.
“Di liga ini, Anda tidak bisa mengandalkan satu pemain. Ya, kami harusnya bisa mencetak gol di babak pertama ketika sedang dominan. Gol akan mengubah segalanya, tapi sekarang kami harus bekerja dengan apa yang ada.”
Resolusi yang Dinanti
Howe mengaku tidak ikut campur dalam negosiasi, meski dikabarkan pemilik klub Jamie Reuben sempat bertemu langsung dengan Isak.
Bahkan chairman Yasir Al-Rumayyan dikabarkan ikut memantau situasi.
Dengan bursa transfer yang akan ditutup 1 September, kepastian soal Isak diyakini segera terjawab.
Dan jelas, Newcastle sangat membutuhkannya