Simon Tahamata Angkat Suara soal Tren Pemain Naturalisasi di Timnas
- id.pinterest.com
VIVASoccer – Fenomena pemain keturunan yang dipanggil memperkuat Timnas Indonesia kembali mencuri perhatian.
Terbaru, PSSI berencana menaturalisasi dua pemain berdarah Indonesia, yakni Miliano Jonathans dan Mauro Zijlstra.
Keduanya diproyeksikan untuk bergabung bersama skuad Garuda di FIFA Matchday September 2025 mendatang.
Indonesia dijadwalkan menghadapi Lebanon di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya.
Menanggapi hal tersebut, Simon Tahamata selaku Head of Scouting PSSI menilai seharusnya federasi lebih memprioritaskan talenta lokal ketimbang terus mengandalkan naturalisasi.
Sejak tiba di Indonesia, Simon mengaku melihat banyak pemain keturunan yang sudah mengenakan seragam Merah Putih, baik di level kelompok umur maupun senior.
Meski begitu, mantan pelatih teknis tim muda Ajax Amsterdam itu menegaskan dirinya tak ingin memperdebatkan isu ini lebih jauh, sebab fokus utama Timnas saat ini adalah perjuangan menuju Piala Dunia 2026.
Simon Tahamata: Talenta Lokal Harus Diberi Kesempatan
Dalam wawancaranya di ajang Garuda International Cup (GIC) 2025, Simon menegaskan pentingnya memberi ruang lebih besar bagi pemain muda lokal.
“Kita bisa melihat di sini, banyak pemain muda lokal yang berbakat,” ujar Simon.
“Kalau kita (PSSI) ambil banyak pemain keturunan dari Belanda, buat apa pemain lokal yang ada di sini?” lanjutnya.
Ia khawatir, kebijakan yang terlalu bergantung pada pemain keturunan justru menghalangi kesempatan bagi talenta asli Indonesia untuk tampil bersama Timnas.
“Saya khawatir jika pemain berbakat ini tidak punya kesempatan untuk perkuat Timnas Indonesia ke depannya,” ucap pria berdarah Maluku tersebut.
“Itu sangat disayangkan jika ada anak-anak yang punya bakat bagus. Kalau ada, dia bisa dipanggil untuk perkuat Timnas Indonesia,” tambahnya.
Performa Pemain Muda Menurun di Level Senior
Lebih lanjut, Simon menilai perkembangan sepak bola usia muda di Indonesia sudah cukup baik.
Namun, ia melihat adanya penurunan performa saat para pemain tersebut naik ke level senior.
Problem ini, kata Simon, tengah dicari akar masalah serta solusinya agar regenerasi berjalan lebih optimal.
“Ya, kita memulai sepak bola dengan hal yang mendasar. Ibarat bayi, mereka pasti belajar merangkak hingga bisa berjalan,” ungkap Simon.
“Sama seperti di Indonesia, pemain pasti punya pelatih yang bagus di sini. Tapi mereka (pemain) harus banyak belajar. Saya datang ke sini untuk membantu mereka lebih berkembang,” tutupnya