Bocah Indonesia Tampilkan 'Aura Farming', Tiba-Tiba Viral Satu Dunia! Apa Sih Maknanya?

Rayyan Arkan Dikha
Sumber :
  • ArabNews

VIVASoccer – Dari tepian sungai di Riau hingga ke layar ponsel selebriti dunia, “Aura Farming” mendadak jadi tren viral internasional.

Padahal, gerakan itu berasal dari seorang bocah 11 tahun yang sedang menari sebelum lomba perahu tradisional.

Nama bocah itu Rayyan Arkan Dikha.

Wajahnya tenang, posturnya percaya diri, dan gerakannya pelan seperti sedang mengumpulkan energi dari alam semesta. Tapi siapa sangka, aksinya itu kini menginspirasi ribuan orang dari Paris hingga Seoul.

Awal Mula Viral: Satu Video TikTok, Ribuan Repost

Video Rayyan yang berdiri di ujung perahu sambil menari perlahan diunggah ke TikTok dan Instagram oleh akun lokal @pacu.jalur.riau pada awal Juli 2025.

Dalam hitungan jam, videonya ditonton jutaan kali. Caption-nya sederhana: “Bocah ini bawa aura positif ke seluruh timnya.”

Beberapa netizen menyebut gaya Rayyan sebagai “Meditasi Terbuka”, namun istilah ‘Aura Farming’ cepat mengambil alih percakapan.

Karena seolah-olah Rayyan sedang "Memanen Aura" dari alam, lalu menyebarkannya ke rekan setim.

Kenapa Bisa Viral Global?

Daya tarik ‘Aura Farming’ bukan hanya karena gerakannya unik, tapi karena momennya terasa jujur dan spiritual.

Rayyan tak sedang bersaing, tak sedang berakting, dia hanya hadir penuh di momen tersebut dan itu yang menyentuh banyak orang.

Atlit bola seperti pemain PSG Achraf Hakimi bahkan me-repost klip Rayyan dan menulis, “This is the energy we need before every match.”

Kemudian disusul dengan Travis Kelce (NFL), Zion Williamson (NBA), dan bahkan musisi seperti RM BTS yang menyukai gaya tersebut di Instagram.

Tren ini juga cocok dengan keresahan digital saat ini, orang haus akan ketenangan, grounding, dan ekspresi yang otentik.

Rayyan mewakili itu semua dengan caranya yang polos, sederhana, dan membumi.

Dari Tradisi Lokal ke Pentas Global

Yang menarik, gerakan Rayyan sebenarnya bukan aksi sembarangan.

Dalam budaya Pacu Jalur Riau, ada tradisi menghormati alam sebelum balapan dimulai.

Tim yang membawa perahu ke sungai akan menyatu secara spiritual dengan air, tanah, dan energi sekitar.

Jadi apa yang dilakukan Rayyan sebenarnya bagian dari ‘Mood Setting’ khas lokal.

Tapi ketika terekam kamera dan diedit dengan musik lembut, momen itu berubah jadi healing aesthetic yang cocok dengan algoritma global.

Dampak Besar di Usianya yang Masih Belia

Rayyan kini ditetapkan sebagai Duta Budaya oleh pemerintah daerah Kuantan Singingi.

Ia juga mendapat beasiswa pendidikan, dan bahkan undangan dari beberapa sekolah internasional yang tertarik dengan nilai filosofis aksinya.

“Saya hanya ingin teman-teman di perahu tenang dan semangat,” kata Rayyan saat diwawancara.

Sebuah jawaban yang membuktikan, tidak semua yang viral itu dibuat-buat.

Lebih dari Tren, Ini Simbol Budaya Baru

‘Aura Farming’ telah menjadi simbol baru, bagaimana budaya lokal, jika disampaikan dengan ketulusan dan timing yang tepat, bisa menyentuh dunia.

Dan dari Rayyan, kita belajar bahwa viral bukan soal sensasi, tapi tentang ketulusan yang terekam pada waktu yang tepat

VIVASoccer – Dari tepian sungai di Riau hingga ke layar ponsel selebriti dunia, “Aura Farming” mendadak jadi tren viral internasional.

Padahal, gerakan itu berasal dari seorang bocah 11 tahun yang sedang menari sebelum lomba perahu tradisional.

Nama bocah itu Rayyan Arkan Dikha.

Wajahnya tenang, posturnya percaya diri, dan gerakannya pelan seperti sedang mengumpulkan energi dari alam semesta. Tapi siapa sangka, aksinya itu kini menginspirasi ribuan orang dari Paris hingga Seoul.

Awal Mula Viral: Satu Video TikTok, Ribuan Repost

Video Rayyan yang berdiri di ujung perahu sambil menari perlahan diunggah ke TikTok dan Instagram oleh akun lokal @pacu.jalur.riau pada awal Juli 2025.

Dalam hitungan jam, videonya ditonton jutaan kali. Caption-nya sederhana: “Bocah ini bawa aura positif ke seluruh timnya.”

Beberapa netizen menyebut gaya Rayyan sebagai “Meditasi Terbuka”, namun istilah ‘Aura Farming’ cepat mengambil alih percakapan.

Karena seolah-olah Rayyan sedang "Memanen Aura" dari alam, lalu menyebarkannya ke rekan setim.

Kenapa Bisa Viral Global?

Daya tarik ‘Aura Farming’ bukan hanya karena gerakannya unik, tapi karena momennya terasa jujur dan spiritual.

Rayyan tak sedang bersaing, tak sedang berakting, dia hanya hadir penuh di momen tersebut dan itu yang menyentuh banyak orang.

Atlit bola seperti pemain PSG Achraf Hakimi bahkan me-repost klip Rayyan dan menulis, “This is the energy we need before every match.”

Kemudian disusul dengan Travis Kelce (NFL), Zion Williamson (NBA), dan bahkan musisi seperti RM BTS yang menyukai gaya tersebut di Instagram.

Tren ini juga cocok dengan keresahan digital saat ini, orang haus akan ketenangan, grounding, dan ekspresi yang otentik.

Rayyan mewakili itu semua dengan caranya yang polos, sederhana, dan membumi.

Dari Tradisi Lokal ke Pentas Global

Yang menarik, gerakan Rayyan sebenarnya bukan aksi sembarangan.

Dalam budaya Pacu Jalur Riau, ada tradisi menghormati alam sebelum balapan dimulai.

Tim yang membawa perahu ke sungai akan menyatu secara spiritual dengan air, tanah, dan energi sekitar.

Jadi apa yang dilakukan Rayyan sebenarnya bagian dari ‘Mood Setting’ khas lokal.

Tapi ketika terekam kamera dan diedit dengan musik lembut, momen itu berubah jadi healing aesthetic yang cocok dengan algoritma global.

Dampak Besar di Usianya yang Masih Belia

Rayyan kini ditetapkan sebagai Duta Budaya oleh pemerintah daerah Kuantan Singingi.

Ia juga mendapat beasiswa pendidikan, dan bahkan undangan dari beberapa sekolah internasional yang tertarik dengan nilai filosofis aksinya.

“Saya hanya ingin teman-teman di perahu tenang dan semangat,” kata Rayyan saat diwawancara.

Sebuah jawaban yang membuktikan, tidak semua yang viral itu dibuat-buat.

Lebih dari Tren, Ini Simbol Budaya Baru

‘Aura Farming’ telah menjadi simbol baru, bagaimana budaya lokal, jika disampaikan dengan ketulusan dan timing yang tepat, bisa menyentuh dunia.

Dan dari Rayyan, kita belajar bahwa viral bukan soal sensasi, tapi tentang ketulusan yang terekam pada waktu yang tepat