Alaves Coret Facundo Garces, Efek Sanksi FIFA Bikin Kaget Fans
VIVASoccer – Efek domino sanksi FIFA terhadap Timnas Malaysia kini semakin terasa setelah Facundo Garces resmi tidak bisa membela Deportivo Alaves di La Liga Spanyol.
Nama bek naturalisasi Malaysia itu dicoret dari daftar skuad untuk menghadapi RCD Mallorca pada Sabtu (27/9/2025).
Keputusan ini menjadi pukulan telak bagi Alaves karena Garces merupakan pilar utama di lini pertahanan mereka di awal musim.
Dalam pernyataan resmi, klub asal Basque tersebut mengonfirmasi telah menerima pemberitahuan langsung dari Komite Disiplin FIFA.
“Deportivo Alavés telah menerima pemberitahuan resmi mengenai sanksi yang dijatuhkan oleh Komite Disiplin FIFA kepada Facundo Garcés, sebagai bagian dari resolusi yang diumumkan secara publik oleh badan internasional tersebut,” tulis Alaves di laman resminya.
Efek larangan bermain berlaku seketika sehingga Garces tidak masuk skuad menghadapi Mallorca.
“Akibat keputusan ini, Facundo Garcés tidak akan dimasukkan dalam skuad untuk pertandingan sore ini melawan RCD Mallorca.”
“Deportivo Alavés ingin menekankan rasa hormatnya terhadap praduga tak bersalah sang pemain dan berharap kasus ini akan diselesaikan secepat mungkin,” lanjut pernyataan resmi.
FIFA sebelumnya menjatuhkan sanksi larangan bermain 12 bulan kepada tujuh pemain naturalisasi Malaysia yang terbukti menggunakan dokumen palsu.
Selain Garces, ada Gabriel Palmero, Rodrigo Holgado, Imanol Machuca, Joao Figueiredo, Jon Irazabal, dan Hector Hevel.
Ketujuhnya juga dijatuhi denda CHF 2.000 atau sekitar Rp41 juta per orang.
Sementara itu, FAM harus membayar denda lebih besar, yakni CHF 350.000 atau setara Rp7,3 miliar.
Federasi Malaysia masih memiliki opsi banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), namun para pemain tetap wajib menjalani skorsing hingga ada putusan baru.
Bagi Malaysia, ini menjadi pukulan keras menjelang Kualifikasi Piala Dunia 2026 karena tujuh pemain naturalisasi mereka terpaksa absen.
Garces menjadi sorotan utama karena statusnya sebagai pemain La Liga dengan nilai pasar 4,3 juta euro atau sekitar Rp81,4 miliar.
Ia selalu tampil penuh dalam enam laga awal musim bersama Alaves sebelum sanksi dijatuhkan.
Di level internasional, Garces baru saja melakoni debut impresif ketika Malaysia menggilas Vietnam 4-0 pada Juni lalu.
Namun, pernyataan kontroversialnya pada Agustus 2025 membuat publik meragukan legalitas dokumennya.
Kala itu, ia menyebut garis keturunannya berasal dari kakek buyut, padahal aturan FIFA hanya mengizinkan hingga kakek atau nenek.
Garces sempat melakukan klarifikasi dengan menyebut terjadi kesalahan transkrip.
“Itu hanya kesalahan transkrip, saya orang Malaysia dari akar kakek-nenek saya dan saya merasa terhormat bisa bermain untuk negara saya. Sampai jumpa segera,” tegasnya.
Meski demikian, FIFA tetap menemukan bukti adanya manipulasi dokumen.
Efek domino dari kasus ini kini merugikan banyak pihak.
Malaysia kehilangan tumpuan di level internasional, Alaves harus menambal lini belakang, dan para pemain terancam kariernya karena absen panjang.
Selain beban finansial, reputasi Malaysia di mata dunia juga ikut tercoreng akibat runtuhnya proyek naturalisasi yang selama ini dibanggakan.
Kasus ini menjadi peringatan keras bahwa regulasi FIFA tidak bisa disepelekan, terutama terkait keaslian dokumen dan garis keturunan pemain
VIVASoccer – Efek domino sanksi FIFA terhadap Timnas Malaysia kini semakin terasa setelah Facundo Garces resmi tidak bisa membela Deportivo Alaves di La Liga Spanyol.
Nama bek naturalisasi Malaysia itu dicoret dari daftar skuad untuk menghadapi RCD Mallorca pada Sabtu (27/9/2025).
Keputusan ini menjadi pukulan telak bagi Alaves karena Garces merupakan pilar utama di lini pertahanan mereka di awal musim.
Dalam pernyataan resmi, klub asal Basque tersebut mengonfirmasi telah menerima pemberitahuan langsung dari Komite Disiplin FIFA.
“Deportivo Alavés telah menerima pemberitahuan resmi mengenai sanksi yang dijatuhkan oleh Komite Disiplin FIFA kepada Facundo Garcés, sebagai bagian dari resolusi yang diumumkan secara publik oleh badan internasional tersebut,” tulis Alaves di laman resminya.
Efek larangan bermain berlaku seketika sehingga Garces tidak masuk skuad menghadapi Mallorca.
“Akibat keputusan ini, Facundo Garcés tidak akan dimasukkan dalam skuad untuk pertandingan sore ini melawan RCD Mallorca.”
“Deportivo Alavés ingin menekankan rasa hormatnya terhadap praduga tak bersalah sang pemain dan berharap kasus ini akan diselesaikan secepat mungkin,” lanjut pernyataan resmi.
FIFA sebelumnya menjatuhkan sanksi larangan bermain 12 bulan kepada tujuh pemain naturalisasi Malaysia yang terbukti menggunakan dokumen palsu.
Selain Garces, ada Gabriel Palmero, Rodrigo Holgado, Imanol Machuca, Joao Figueiredo, Jon Irazabal, dan Hector Hevel.
Ketujuhnya juga dijatuhi denda CHF 2.000 atau sekitar Rp41 juta per orang.
Sementara itu, FAM harus membayar denda lebih besar, yakni CHF 350.000 atau setara Rp7,3 miliar.
Federasi Malaysia masih memiliki opsi banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), namun para pemain tetap wajib menjalani skorsing hingga ada putusan baru.
Bagi Malaysia, ini menjadi pukulan keras menjelang Kualifikasi Piala Dunia 2026 karena tujuh pemain naturalisasi mereka terpaksa absen.
Garces menjadi sorotan utama karena statusnya sebagai pemain La Liga dengan nilai pasar 4,3 juta euro atau sekitar Rp81,4 miliar.
Ia selalu tampil penuh dalam enam laga awal musim bersama Alaves sebelum sanksi dijatuhkan.
Di level internasional, Garces baru saja melakoni debut impresif ketika Malaysia menggilas Vietnam 4-0 pada Juni lalu.
Namun, pernyataan kontroversialnya pada Agustus 2025 membuat publik meragukan legalitas dokumennya.
Kala itu, ia menyebut garis keturunannya berasal dari kakek buyut, padahal aturan FIFA hanya mengizinkan hingga kakek atau nenek.
Garces sempat melakukan klarifikasi dengan menyebut terjadi kesalahan transkrip.
“Itu hanya kesalahan transkrip, saya orang Malaysia dari akar kakek-nenek saya dan saya merasa terhormat bisa bermain untuk negara saya. Sampai jumpa segera,” tegasnya.
Meski demikian, FIFA tetap menemukan bukti adanya manipulasi dokumen.
Efek domino dari kasus ini kini merugikan banyak pihak.
Malaysia kehilangan tumpuan di level internasional, Alaves harus menambal lini belakang, dan para pemain terancam kariernya karena absen panjang.
Selain beban finansial, reputasi Malaysia di mata dunia juga ikut tercoreng akibat runtuhnya proyek naturalisasi yang selama ini dibanggakan.
Kasus ini menjadi peringatan keras bahwa regulasi FIFA tidak bisa disepelekan, terutama terkait keaslian dokumen dan garis keturunan pemain