UEFA Akan Voting, Nasib Sepak Bola Israel di Ujung Tanduk

Timnas Israel
Sumber :
  • BBC

VIVASoccer – Isu larangan bagi Israel tampil di panggung sepak bola internasional semakin menguat setelah Komisi Penyelidikan PBB secara resmi menyatakan negara tersebut telah melakukan genosida terhadap rakyat Palestina di Gaza.

Israel saat ini masih berpartisipasi di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Eropa, sementara klub Maccabi Tel Aviv ambil bagian di ajang Liga Europa.

Namun, desakan agar Israel dikeluarkan dari kompetisi sepak bola kian meluas.

Dilansir dari BBC, sejumlah federasi anggota UEFA mendorong voting untuk menyingkirkan Israel dari keanggotaan, dan pimpinan UEFA disebut mulai mempertimbangkan langkah tersebut.

Federasi Sepak Bola Turki menjadi yang pertama secara terbuka menuntut Israel dilarang.

Bahkan, sebanyak 48 atlet lintas cabang menandatangani surat terbuka meminta UEFA segera menjatuhkan sanksi.

Menurut laporan The Times, voting bisa digelar secepatnya pekan depan.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dilaporkan aktif melobi agar keputusan itu tidak terwujud.

Di sisi lain, pemerintah Amerika Serikat menegaskan akan menolak keras setiap upaya yang berpotensi menghalangi Israel tampil di Piala Dunia 2026, turnamen yang mayoritas digelar di tanah AS.

Mekanisme Voting di UEFA

Keputusan penting di UEFA ditentukan melalui Komite Eksekutif yang beranggotakan 20 orang.

Dipimpin Aleksander Ceferin, komite ini berwenang mengatur tata kelola, keuangan, hingga regulasi sepak bola Eropa.

Sebuah keputusan bisa lolos jika meraih mayoritas sederhana, yakni minimal 11 suara.

Jika voting dilakukan dan hasilnya jelas, keputusan bisa langsung berlaku, termasuk kemungkinan Israel dilarang tampil di kualifikasi Piala Dunia.

Menariknya, salah satu anggota komite adalah Moshe Zuares dari Israel.

Namun, ada pula perwakilan dari negara yang bersikap pro-Palestina, seperti Spanyol, Norwegia, Albania, dan Armenia.

Tokoh berpengaruh lain adalah Nasser Al-Khelaifi, Presiden PSG sekaligus pemimpin Asosiasi Klub Eropa.

Berasal dari Qatar yang vokal mengecam aksi militer Israel, ia dinilai memiliki pengaruh besar meski belum menyatakan sikap.

FIFA Bisa Tak Sependapat

Jika UEFA benar-benar memutuskan menangguhkan Israel, keputusan itu tetap perlu diratifikasi FIFA.

Kasus Rusia pada 2022 menjadi pembanding, di mana FIFA dan UEFA secara kompak mengumumkan larangan hanya empat hari setelah invasi ke Ukraina.

Namun kali ini, situasi bisa lebih rumit.

Presiden FIFA Gianni Infantino dikenal dekat dengan Presiden AS Donald Trump yang bersikap pro-Israel.

Trump bahkan menjadi ketua task force Piala Dunia 2026 dan terang-terangan menolak rencana larangan.

Suara dari Atlet dan Publik

Desakan boikot makin kencang usai 48 atlet dunia menandatangani pernyataan bersama.

Nama-nama besar seperti Paul Pogba, Hakim Ziyech, Cheick Doucoure, hingga mantan pemain kriket Inggris Moeen Ali termasuk di dalamnya.

“Sport tidak netral di hadapan ketidakadilan. Diam berarti menerima bahwa hidup sebagian orang dianggap lebih rendah nilainya dari yang lain,” bunyi pernyataan bersama tersebut.

Pemain Real Betis, Hector Bellerin, juga mempertanyakan standar ganda.

“Saat Rusia menyerang Ukraina, mereka langsung dilarang ikut olahraga. Mengapa standar berbeda dipakai pada Israel? Itu tidak adil,” ujarnya dikutip dari BBC.

Di sisi lain, ada pula pihak yang menolak larangan.

Simon Johnson, mantan eksekutif FA dan Dewan Kepemimpinan Yahudi, menilai pelarangan Israel akan menjadi pengkhianatan terhadap komunitas Yahudi dunia.

Tekanan Menguat

UEFA sebelumnya menolak usulan larangan, dengan Ceferin berulang kali menyatakan olahraga sebaiknya tidak dicampuri politik.

Namun, tekanan dari federasi anggota, publik, dan atlet kini semakin besar.

Apapun hasilnya, keputusan soal nasib Israel di sepak bola dunia diprediksi akan menimbulkan dampak besar, bukan hanya di lapangan hijau tetapi juga dalam peta geopolitik internasional

VIVASoccer – Isu larangan bagi Israel tampil di panggung sepak bola internasional semakin menguat setelah Komisi Penyelidikan PBB secara resmi menyatakan negara tersebut telah melakukan genosida terhadap rakyat Palestina di Gaza.

Israel saat ini masih berpartisipasi di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Eropa, sementara klub Maccabi Tel Aviv ambil bagian di ajang Liga Europa.

Namun, desakan agar Israel dikeluarkan dari kompetisi sepak bola kian meluas.

Dilansir dari BBC, sejumlah federasi anggota UEFA mendorong voting untuk menyingkirkan Israel dari keanggotaan, dan pimpinan UEFA disebut mulai mempertimbangkan langkah tersebut.

Federasi Sepak Bola Turki menjadi yang pertama secara terbuka menuntut Israel dilarang.

Bahkan, sebanyak 48 atlet lintas cabang menandatangani surat terbuka meminta UEFA segera menjatuhkan sanksi.

Menurut laporan The Times, voting bisa digelar secepatnya pekan depan.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dilaporkan aktif melobi agar keputusan itu tidak terwujud.

Di sisi lain, pemerintah Amerika Serikat menegaskan akan menolak keras setiap upaya yang berpotensi menghalangi Israel tampil di Piala Dunia 2026, turnamen yang mayoritas digelar di tanah AS.

Mekanisme Voting di UEFA

Keputusan penting di UEFA ditentukan melalui Komite Eksekutif yang beranggotakan 20 orang.

Dipimpin Aleksander Ceferin, komite ini berwenang mengatur tata kelola, keuangan, hingga regulasi sepak bola Eropa.

Sebuah keputusan bisa lolos jika meraih mayoritas sederhana, yakni minimal 11 suara.

Jika voting dilakukan dan hasilnya jelas, keputusan bisa langsung berlaku, termasuk kemungkinan Israel dilarang tampil di kualifikasi Piala Dunia.

Menariknya, salah satu anggota komite adalah Moshe Zuares dari Israel.

Namun, ada pula perwakilan dari negara yang bersikap pro-Palestina, seperti Spanyol, Norwegia, Albania, dan Armenia.

Tokoh berpengaruh lain adalah Nasser Al-Khelaifi, Presiden PSG sekaligus pemimpin Asosiasi Klub Eropa.

Berasal dari Qatar yang vokal mengecam aksi militer Israel, ia dinilai memiliki pengaruh besar meski belum menyatakan sikap.

FIFA Bisa Tak Sependapat

Jika UEFA benar-benar memutuskan menangguhkan Israel, keputusan itu tetap perlu diratifikasi FIFA.

Kasus Rusia pada 2022 menjadi pembanding, di mana FIFA dan UEFA secara kompak mengumumkan larangan hanya empat hari setelah invasi ke Ukraina.

Namun kali ini, situasi bisa lebih rumit.

Presiden FIFA Gianni Infantino dikenal dekat dengan Presiden AS Donald Trump yang bersikap pro-Israel.

Trump bahkan menjadi ketua task force Piala Dunia 2026 dan terang-terangan menolak rencana larangan.

Suara dari Atlet dan Publik

Desakan boikot makin kencang usai 48 atlet dunia menandatangani pernyataan bersama.

Nama-nama besar seperti Paul Pogba, Hakim Ziyech, Cheick Doucoure, hingga mantan pemain kriket Inggris Moeen Ali termasuk di dalamnya.

“Sport tidak netral di hadapan ketidakadilan. Diam berarti menerima bahwa hidup sebagian orang dianggap lebih rendah nilainya dari yang lain,” bunyi pernyataan bersama tersebut.

Pemain Real Betis, Hector Bellerin, juga mempertanyakan standar ganda.

“Saat Rusia menyerang Ukraina, mereka langsung dilarang ikut olahraga. Mengapa standar berbeda dipakai pada Israel? Itu tidak adil,” ujarnya dikutip dari BBC.

Di sisi lain, ada pula pihak yang menolak larangan.

Simon Johnson, mantan eksekutif FA dan Dewan Kepemimpinan Yahudi, menilai pelarangan Israel akan menjadi pengkhianatan terhadap komunitas Yahudi dunia.

Tekanan Menguat

UEFA sebelumnya menolak usulan larangan, dengan Ceferin berulang kali menyatakan olahraga sebaiknya tidak dicampuri politik.

Namun, tekanan dari federasi anggota, publik, dan atlet kini semakin besar.

Apapun hasilnya, keputusan soal nasib Israel di sepak bola dunia diprediksi akan menimbulkan dampak besar, bukan hanya di lapangan hijau tetapi juga dalam peta geopolitik internasional