West Ham Kini Jadi Santapan Favorit Klub Premier League

Chelsea vs West Ham
Sumber :
  • Premier League

VIVASoccer – West Ham masih terjebak di posisi ke-19 klasemen Premier League.

Tekanan kepada pelatih kepala Graham Potter semakin besar, baik dari publik maupun internal klub.

Salah satu kelemahan paling mencolok dari The Hammers musim ini adalah buruknya pertahanan saat menghadapi situasi sepak pojok.

Dari lima pertandingan, mereka sudah kebobolan tujuh gol hanya dari skema ini.

Di era sepak bola modern, bola mati semakin krusial. Banyak klub kini memiliki pelatih khusus untuk menganalisis cara terbaik mengeksploitasi kelemahan lawan.

Analisis terbaru menunjukkan bagaimana West Ham berulang kali dipermalukan lewat corner.

Taktik "Blocker" Ganggu Kiper

Kekalahan 5-1 dari Chelsea pada Agustus menjadi contoh jelas.

Tiga dari lima gol Chelsea tercipta dari skema sepak pojok.

Liam Delap, misalnya, ditugaskan khusus berdiri di dekat kiper West Ham, Mads Hermansen.

Tugas utamanya sederhana: membatasi ruang gerak kiper tanpa melakukan pelanggaran.

Taktik ini mirip dengan “screening” dalam basket, di mana pemain bertahan di satu titik untuk menghalangi lawan, sehingga memberi ruang bagi rekan setim.

Musim lalu, tim-tim Premier League mencoba mengantisipasi dengan menambah pemain di dekat kiper sebagai "bodyguard", tetapi hasilnya tidak selalu efektif.

Perubahan aturan tak tertulis dari wasit yang kini lebih longgar dalam menilai kontak terhadap kiper membuat taktik ini semakin berbahaya.

Hasilnya terlihat jelas: pada gol pertama Chelsea, Delap mendorong Hermansen ke belakang, membuat sang kiper tidak bisa keluar menjemput bola.

Dengan 11 pemain berdesakan di kotak enam yard, ruang gerak kiper semakin terbatas, memberi celah bagi Marc Cucurella untuk melakukan flick-on yang akhirnya diselesaikan Joao Pedro.

Dari Near Post ke Far Post

Beberapa musim terakhir, banyak tim menyerang lewat near post.

Chelsea juga memakai pendekatan itu melawan West Ham.

Namun, pola ini kemudian diadaptasi lawan.

Ketika melawan Tottenham pada 13 September, Potter mencoba menambah pemain di near post agar tidak terulang seperti saat menghadapi Chelsea. Namun, Spurs justru memanfaatkan sisi sebaliknya. Mereka mengirim umpan lambung ke far post, di mana West Ham kalah jumlah.

Hasilnya, Pape Matar Sarr berdiri bebas tanpa kawalan dan sukses menanduk bola masuk.

Menariknya, Spurs tidak menggunakan taktik “blocker” untuk kiper, melainkan menahan jalur lari bek West Ham ke arah far post.

Dengan begitu, para pemain bertahan tidak bisa mendekat ke posisi Sarr.

Crystal Palace Gabungkan Semua Taktik

Contoh paling lengkap terlihat saat West Ham kalah dari Crystal Palace akhir pekan lalu.

Oliver Glasner, pelatih Palace, memadukan seluruh taktik bola mati yang sebelumnya digunakan tim-tim lawan.

Jean-Philippe Mateta bertugas menghalangi kiper Alphonse Areola agar tidak bisa keluar.

Adam Wharton melakukan “screening” untuk membebaskan Marc Guehi dari kawalan.

Di saat bersamaan, Chris Richards dan Maxence Lacroix menahan jalur lari bek West Ham ke arah far post.

Umpan Daichi Kamada yang mengarah ke far post berhasil ditanduk Guehi, membentur mistar, dan bola muntah dengan mudah disambar Mateta yang berdiri tanpa kawalan di depan gawang.

Alarm Serius untuk West Ham

Rangkaian kebobolan ini menunjukkan bahwa lawan-lawan West Ham sudah menemukan pola ampuh: mengganggu kiper, menumpuk pemain di kotak enam yard, mengeksploitasi far post, hingga menggunakan gerakan blok ala basket.

Jika Potter ingin membalikkan situasi, kerapuhan West Ham dalam bertahan dari bola mati harus segera diperbaiki.

Mengingat beberapa musim sebelumnya, The Hammers justru dikenal sebagai tim yang kuat dalam memanfaatkan set-piece sebagai senjata utama mereka

VIVASoccer – West Ham masih terjebak di posisi ke-19 klasemen Premier League.

Tekanan kepada pelatih kepala Graham Potter semakin besar, baik dari publik maupun internal klub.

Salah satu kelemahan paling mencolok dari The Hammers musim ini adalah buruknya pertahanan saat menghadapi situasi sepak pojok.

Dari lima pertandingan, mereka sudah kebobolan tujuh gol hanya dari skema ini.

Di era sepak bola modern, bola mati semakin krusial. Banyak klub kini memiliki pelatih khusus untuk menganalisis cara terbaik mengeksploitasi kelemahan lawan.

Analisis terbaru menunjukkan bagaimana West Ham berulang kali dipermalukan lewat corner.

Taktik "Blocker" Ganggu Kiper

Kekalahan 5-1 dari Chelsea pada Agustus menjadi contoh jelas.

Tiga dari lima gol Chelsea tercipta dari skema sepak pojok.

Liam Delap, misalnya, ditugaskan khusus berdiri di dekat kiper West Ham, Mads Hermansen.

Tugas utamanya sederhana: membatasi ruang gerak kiper tanpa melakukan pelanggaran.

Taktik ini mirip dengan “screening” dalam basket, di mana pemain bertahan di satu titik untuk menghalangi lawan, sehingga memberi ruang bagi rekan setim.

Musim lalu, tim-tim Premier League mencoba mengantisipasi dengan menambah pemain di dekat kiper sebagai "bodyguard", tetapi hasilnya tidak selalu efektif.

Perubahan aturan tak tertulis dari wasit yang kini lebih longgar dalam menilai kontak terhadap kiper membuat taktik ini semakin berbahaya.

Hasilnya terlihat jelas: pada gol pertama Chelsea, Delap mendorong Hermansen ke belakang, membuat sang kiper tidak bisa keluar menjemput bola.

Dengan 11 pemain berdesakan di kotak enam yard, ruang gerak kiper semakin terbatas, memberi celah bagi Marc Cucurella untuk melakukan flick-on yang akhirnya diselesaikan Joao Pedro.

Dari Near Post ke Far Post

Beberapa musim terakhir, banyak tim menyerang lewat near post.

Chelsea juga memakai pendekatan itu melawan West Ham.

Namun, pola ini kemudian diadaptasi lawan.

Ketika melawan Tottenham pada 13 September, Potter mencoba menambah pemain di near post agar tidak terulang seperti saat menghadapi Chelsea. Namun, Spurs justru memanfaatkan sisi sebaliknya. Mereka mengirim umpan lambung ke far post, di mana West Ham kalah jumlah.

Hasilnya, Pape Matar Sarr berdiri bebas tanpa kawalan dan sukses menanduk bola masuk.

Menariknya, Spurs tidak menggunakan taktik “blocker” untuk kiper, melainkan menahan jalur lari bek West Ham ke arah far post.

Dengan begitu, para pemain bertahan tidak bisa mendekat ke posisi Sarr.

Crystal Palace Gabungkan Semua Taktik

Contoh paling lengkap terlihat saat West Ham kalah dari Crystal Palace akhir pekan lalu.

Oliver Glasner, pelatih Palace, memadukan seluruh taktik bola mati yang sebelumnya digunakan tim-tim lawan.

Jean-Philippe Mateta bertugas menghalangi kiper Alphonse Areola agar tidak bisa keluar.

Adam Wharton melakukan “screening” untuk membebaskan Marc Guehi dari kawalan.

Di saat bersamaan, Chris Richards dan Maxence Lacroix menahan jalur lari bek West Ham ke arah far post.

Umpan Daichi Kamada yang mengarah ke far post berhasil ditanduk Guehi, membentur mistar, dan bola muntah dengan mudah disambar Mateta yang berdiri tanpa kawalan di depan gawang.

Alarm Serius untuk West Ham

Rangkaian kebobolan ini menunjukkan bahwa lawan-lawan West Ham sudah menemukan pola ampuh: mengganggu kiper, menumpuk pemain di kotak enam yard, mengeksploitasi far post, hingga menggunakan gerakan blok ala basket.

Jika Potter ingin membalikkan situasi, kerapuhan West Ham dalam bertahan dari bola mati harus segera diperbaiki.

Mengingat beberapa musim sebelumnya, The Hammers justru dikenal sebagai tim yang kuat dalam memanfaatkan set-piece sebagai senjata utama mereka