Dicadangkan Arteta, Martinelli Tetap Jadi Pahlawan Arsenal

Gabriel Martinelli
Sumber :
  • BBC

VIVASoccerGabriel Martinelli membuktikan bahwa kariernya di Arsenal masih jauh dari kata habis.

Winger asal Brasil itu mencetak gol penyeimbang di masa tambahan waktu untuk menyelamatkan timnya dari kekalahan melawan Manchester City.

Pemain berusia 24 tahun tersebut menjalani pekan impresif.

Sebelum duel kontra City, ia lebih dulu mencetak gol dan assist saat Arsenal menumbangkan Athletic Club di Liga Champions.

Dua kontribusi krusial itu menjadi jawaban atas keraguan publik terhadap perannya di tim utama.

Martinelli memang kehilangan posisi starter musim ini, hanya tampil sejak awal di dua dari enam laga yang dimainkan Arsenal.

Meski begitu, ia menunjukkan betapa berharganya dirinya ketika mampu tampil dengan kecepatan dan insting tajam yang menjadi senjatanya.

Mantan penyerang Arsenal, Theo Walcott, menilai sikap Martinelli dalam menghadapi situasi sulit sangat patut diapresiasi.

“Dia bisa saja duduk diam dan murung, atau sebaliknya menilai dirinya sendiri dan berpikir bagaimana cara memengaruhi situasi yang sedang ia hadapi,” kata Walcott dikutip dari BBC Sport.

“Saya rasa dia belum pernah berada di posisi seperti ini sebelumnya, benar-benar terus ditekan di posisinya. Musim lalu dia starter, tapi musim ini dia harus menerima kenyataan tampil naik-turun. Namun dia melaluinya dengan cara yang benar karena dia pekerja keras, pejuang.”

Martinelli sendiri menegaskan bahwa ia selalu menunggu momen untuk membuktikan diri.

“Saya bekerja untuk momen-momen itu. Soal siapa yang diturunkan, saya serahkan pada pelatih. Saya hanya melakukan yang terbaik untuk membantu klub ini,” ujar Martinelli.

“Tentu saja saya tidak ingin duduk di bangku cadangan. Saya ingin bermain 90 menit di setiap laga. Tapi Arteta tahu apa yang ia lakukan, dia pelatihnya, dan semua orang mempercayainya.”

Walcott juga menyoroti tantangan psikologis yang dihadapi Martinelli ketika tidak mendapat menit bermain reguler.

“Sebagai pemain, kamu juga harus berhadapan dengan berbagai narasi yang muncul saat tidak jadi starter,” kata Walcott.

“Setelah mencetak gol lawan Athletic, dia mungkin berpikir akan menjadi starter melawan City, tapi ternyata Trossard yang dipilih. Lagi-lagi, bagaimana reaksi dia? Murung atau bangkit? Dia jelas memilih untuk bangkit.”

Menurut Walcott, masuknya Martinelli dari bangku cadangan justru menjadi nilai tambah bagi Arsenal, meski pergantian tersebut ia nilai sedikit terlambat.

“Dia satu-satunya pemain di tim itu yang suka berlari menusuk ke belakang pertahanan lawan. Yang menyenangkan, dia menutupnya dengan penyelesaian brilian. Bagi saya, dampak itu lahir dari sikapnya,” ucap Walcott.

Walcott menambahkan bahwa kualitas Martinelli tidak pernah diragukan, hanya soal apakah ia pantas menjadi starter tetap atau tidak.

“Dia melihat siapa yang datang, mendengar kabar dirinya dikaitkan dengan klub lain, tapi dia tetap fokus. Itu menunjukkan karakternya. Arteta sengaja membuat persaingan agar bisa memunculkan sisi Martinelli yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Ada semacam amarah terkontrol yang ia tunjukkan, seolah berkata: ‘Percayalah pada saya.’ Dan itu penting bagi seorang pelatih,” kata Walcott.

Rekan setimnya, Declan Rice, juga mengakui kontribusi besar Martinelli untuk Arsenal.

“Sejak saya datang ke klub, dia selalu memberi momen-momen besar. Beberapa pemain bisa saja murung saat dicadangkan, tapi dia justru menunjukkan hati dan ambisi. Gol yang ia cetak luar biasa, dia sangat pantas mendapatkannya. Kamu tidak akan menemukan orang yang lebih baik darinya. Dia masuk dan memberikan momen ajaib,” ujar Rice.

Selain penyelamatan dari Martinelli, laga melawan City juga menorehkan catatan khusus bagi Arsenal.

Tim asuhan Pep Guardiola hanya menguasai 32,8 persen bola, rekor terendah mereka di Premier League.

Mikel Arteta pun menjadi manajer pertama yang mampu melewati lima laga beruntun tanpa kalah dari tim Guardiola sepanjang kariernya.

Meski begitu, keputusan Arteta soal susunan pemain tetap menuai tanda tanya.

Arsenal turun dengan trio gelandang Martin Zubimendi, Declan Rice, dan Mikel Merino.

Kombinasi ini dinilai kurang kreatif pada babak pertama sehingga memicu frustrasi fans.

Merino bahkan ditarik keluar pada jeda pertandingan bersama Noni Madueke yang mengalami cedera ringan.

Namun Arteta menolak anggapan bahwa pergantian itu bukti kesalahan taktik.

“Tidak, terlalu mudah untuk mengatakan itu,” kata Arteta.

“Kita semua tahu apa yang ingin kami lakukan. Kami memulai dengan sangat baik, menguasai permainan, lalu sempat goyah lima hingga tujuh menit setelah mereka mencetak gol. Setelah itu kami kembali menguasai pertandingan.”

Arteta juga menepis anggapan bahwa lini tengah Arsenal terlalu konservatif.

“Tidak ada yang bertanya soal trio gelandang di Bilbao, tidak ada,” tegasnya.

Meski awalnya kurang menggigit, masuknya Bukayo Saka dan Eberechi Eze di babak kedua membawa energi baru.

Intensitas meningkat dan Arsenal lebih tajam dalam menyerang, hingga akhirnya Martinelli memastikan satu poin berharga di Emirates Stadium

VIVASoccerGabriel Martinelli membuktikan bahwa kariernya di Arsenal masih jauh dari kata habis.

Winger asal Brasil itu mencetak gol penyeimbang di masa tambahan waktu untuk menyelamatkan timnya dari kekalahan melawan Manchester City.

Pemain berusia 24 tahun tersebut menjalani pekan impresif.

Sebelum duel kontra City, ia lebih dulu mencetak gol dan assist saat Arsenal menumbangkan Athletic Club di Liga Champions.

Dua kontribusi krusial itu menjadi jawaban atas keraguan publik terhadap perannya di tim utama.

Martinelli memang kehilangan posisi starter musim ini, hanya tampil sejak awal di dua dari enam laga yang dimainkan Arsenal.

Meski begitu, ia menunjukkan betapa berharganya dirinya ketika mampu tampil dengan kecepatan dan insting tajam yang menjadi senjatanya.

Mantan penyerang Arsenal, Theo Walcott, menilai sikap Martinelli dalam menghadapi situasi sulit sangat patut diapresiasi.

“Dia bisa saja duduk diam dan murung, atau sebaliknya menilai dirinya sendiri dan berpikir bagaimana cara memengaruhi situasi yang sedang ia hadapi,” kata Walcott dikutip dari BBC Sport.

“Saya rasa dia belum pernah berada di posisi seperti ini sebelumnya, benar-benar terus ditekan di posisinya. Musim lalu dia starter, tapi musim ini dia harus menerima kenyataan tampil naik-turun. Namun dia melaluinya dengan cara yang benar karena dia pekerja keras, pejuang.”

Martinelli sendiri menegaskan bahwa ia selalu menunggu momen untuk membuktikan diri.

“Saya bekerja untuk momen-momen itu. Soal siapa yang diturunkan, saya serahkan pada pelatih. Saya hanya melakukan yang terbaik untuk membantu klub ini,” ujar Martinelli.

“Tentu saja saya tidak ingin duduk di bangku cadangan. Saya ingin bermain 90 menit di setiap laga. Tapi Arteta tahu apa yang ia lakukan, dia pelatihnya, dan semua orang mempercayainya.”

Walcott juga menyoroti tantangan psikologis yang dihadapi Martinelli ketika tidak mendapat menit bermain reguler.

“Sebagai pemain, kamu juga harus berhadapan dengan berbagai narasi yang muncul saat tidak jadi starter,” kata Walcott.

“Setelah mencetak gol lawan Athletic, dia mungkin berpikir akan menjadi starter melawan City, tapi ternyata Trossard yang dipilih. Lagi-lagi, bagaimana reaksi dia? Murung atau bangkit? Dia jelas memilih untuk bangkit.”

Menurut Walcott, masuknya Martinelli dari bangku cadangan justru menjadi nilai tambah bagi Arsenal, meski pergantian tersebut ia nilai sedikit terlambat.

“Dia satu-satunya pemain di tim itu yang suka berlari menusuk ke belakang pertahanan lawan. Yang menyenangkan, dia menutupnya dengan penyelesaian brilian. Bagi saya, dampak itu lahir dari sikapnya,” ucap Walcott.

Walcott menambahkan bahwa kualitas Martinelli tidak pernah diragukan, hanya soal apakah ia pantas menjadi starter tetap atau tidak.

“Dia melihat siapa yang datang, mendengar kabar dirinya dikaitkan dengan klub lain, tapi dia tetap fokus. Itu menunjukkan karakternya. Arteta sengaja membuat persaingan agar bisa memunculkan sisi Martinelli yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Ada semacam amarah terkontrol yang ia tunjukkan, seolah berkata: ‘Percayalah pada saya.’ Dan itu penting bagi seorang pelatih,” kata Walcott.

Rekan setimnya, Declan Rice, juga mengakui kontribusi besar Martinelli untuk Arsenal.

“Sejak saya datang ke klub, dia selalu memberi momen-momen besar. Beberapa pemain bisa saja murung saat dicadangkan, tapi dia justru menunjukkan hati dan ambisi. Gol yang ia cetak luar biasa, dia sangat pantas mendapatkannya. Kamu tidak akan menemukan orang yang lebih baik darinya. Dia masuk dan memberikan momen ajaib,” ujar Rice.

Selain penyelamatan dari Martinelli, laga melawan City juga menorehkan catatan khusus bagi Arsenal.

Tim asuhan Pep Guardiola hanya menguasai 32,8 persen bola, rekor terendah mereka di Premier League.

Mikel Arteta pun menjadi manajer pertama yang mampu melewati lima laga beruntun tanpa kalah dari tim Guardiola sepanjang kariernya.

Meski begitu, keputusan Arteta soal susunan pemain tetap menuai tanda tanya.

Arsenal turun dengan trio gelandang Martin Zubimendi, Declan Rice, dan Mikel Merino.

Kombinasi ini dinilai kurang kreatif pada babak pertama sehingga memicu frustrasi fans.

Merino bahkan ditarik keluar pada jeda pertandingan bersama Noni Madueke yang mengalami cedera ringan.

Namun Arteta menolak anggapan bahwa pergantian itu bukti kesalahan taktik.

“Tidak, terlalu mudah untuk mengatakan itu,” kata Arteta.

“Kita semua tahu apa yang ingin kami lakukan. Kami memulai dengan sangat baik, menguasai permainan, lalu sempat goyah lima hingga tujuh menit setelah mereka mencetak gol. Setelah itu kami kembali menguasai pertandingan.”

Arteta juga menepis anggapan bahwa lini tengah Arsenal terlalu konservatif.

“Tidak ada yang bertanya soal trio gelandang di Bilbao, tidak ada,” tegasnya.

Meski awalnya kurang menggigit, masuknya Bukayo Saka dan Eberechi Eze di babak kedua membawa energi baru.

Intensitas meningkat dan Arsenal lebih tajam dalam menyerang, hingga akhirnya Martinelli memastikan satu poin berharga di Emirates Stadium