Miris! MU Lebih Berpeluang Degradasi Ketimbang Masuk 5 Besar
- Sky Sports
VIVASoccer – Manchester United kembali menelan pil pahit setelah digilas Manchester City dalam derbi panas Liga Inggris.
Skuad asuhan Ruben Amorim tak berkutik di Etihad Stadium dan harus menyerah tiga gol tanpa balas.
Altay Bayindir hanya bisa memungut bola dari gawangnya usai Phil Foden membuka skor, sebelum Erling Haaland menambah luka dengan dua gol tambahan.
Kekalahan ini memperpanjang catatan buruk Manchester United di awal musim.
Dengan hanya empat poin dari empat laga, Setan Merah mencatat start terburuk mereka dalam 33 tahun terakhir, sama seperti edisi perdana Premier League 1992-1993.
Hasil negatif itu membuat Manchester United tercecer di posisi ke-14 klasemen sementara.
Data dari Opta semakin menambah getir situasi.
Menurut simulasi komputer, Bruno Fernandes dan kawan-kawan justru lebih berpeluang terdegradasi dengan persentase 11 persen dibanding menembus lima besar yang hanya 7,3 persen.
Taktik Ruben Amorim pun kembali jadi sorotan.
Formasi tiga bek tengah yang ia andalkan dianggap sebagai biang masalah yang melemahkan performa tim.
Meski kritik terus berdatangan, Amorim tetap teguh dengan keyakinannya.
"Saya akan melakukan segala yang saya bisa untuk Manchester United. Ini pesan saya untuk para penggemar," ucap Amorim seusai laga.
"Saya lebih menderita daripada mereka. Saya tidak akan mengubah filosofi saya."
"Jika mereka ingin mengubahnya, ganti saja orangnya," tambahnya tegas.
Amorim menilai kesalahan individu pemain lebih berpengaruh ketimbang sistem.
"Jika melihat gol-gol tersebut, kami bisa menghindarinya. Itulah perbedaan terbesar," katanya.
"Kami seharusnya bisa bermain lebih baik, terutama untuk mencegah gol kedua. Kami kebobolan gol yang sebenarnya bisa dihindari."
"Perbedaan terbesar adalah saat melakukan transisi, kami tidak mencetak gol."
Menurut Amorim, laga melawan tim sebesar City menuntut kesempurnaan di setiap lini.
"Dalam pertandingan seperti ini, kami harus sempurna. Kekecewaan selalu sama karena dengan banyaknya peluang, kami harus mencetak gol," ujarnya.
"Kami bermain melawan seorang pelatih yang telah memenangkan tujuh gelar Premier League, dan kami sedang membangun tim, mencoba bersaing dengan tim-tim seperti itu."
Amorim menegaskan bahwa ia bertanggung jawab penuh atas performa tim.
"Saya tidak akan membela diri, ini selalu pertanyaan yang sama, mencoba melindungi diri. Kami perlu bermain lebih baik."
"Saya tidak lebih bahagia. Saya tidak melihat satu pemain pun di tim saya yang tidak memberikan yang terbaik."
"Itu kesalahan saya, bukan kesalahan mereka, dan saya menerima itu," tutupnya
VIVASoccer – Manchester United kembali menelan pil pahit setelah digilas Manchester City dalam derbi panas Liga Inggris.
Skuad asuhan Ruben Amorim tak berkutik di Etihad Stadium dan harus menyerah tiga gol tanpa balas.
Altay Bayindir hanya bisa memungut bola dari gawangnya usai Phil Foden membuka skor, sebelum Erling Haaland menambah luka dengan dua gol tambahan.
Kekalahan ini memperpanjang catatan buruk Manchester United di awal musim.
Dengan hanya empat poin dari empat laga, Setan Merah mencatat start terburuk mereka dalam 33 tahun terakhir, sama seperti edisi perdana Premier League 1992-1993.
Hasil negatif itu membuat Manchester United tercecer di posisi ke-14 klasemen sementara.
Data dari Opta semakin menambah getir situasi.
Menurut simulasi komputer, Bruno Fernandes dan kawan-kawan justru lebih berpeluang terdegradasi dengan persentase 11 persen dibanding menembus lima besar yang hanya 7,3 persen.
Taktik Ruben Amorim pun kembali jadi sorotan.
Formasi tiga bek tengah yang ia andalkan dianggap sebagai biang masalah yang melemahkan performa tim.
Meski kritik terus berdatangan, Amorim tetap teguh dengan keyakinannya.
"Saya akan melakukan segala yang saya bisa untuk Manchester United. Ini pesan saya untuk para penggemar," ucap Amorim seusai laga.
"Saya lebih menderita daripada mereka. Saya tidak akan mengubah filosofi saya."
"Jika mereka ingin mengubahnya, ganti saja orangnya," tambahnya tegas.
Amorim menilai kesalahan individu pemain lebih berpengaruh ketimbang sistem.
"Jika melihat gol-gol tersebut, kami bisa menghindarinya. Itulah perbedaan terbesar," katanya.
"Kami seharusnya bisa bermain lebih baik, terutama untuk mencegah gol kedua. Kami kebobolan gol yang sebenarnya bisa dihindari."
"Perbedaan terbesar adalah saat melakukan transisi, kami tidak mencetak gol."
Menurut Amorim, laga melawan tim sebesar City menuntut kesempurnaan di setiap lini.
"Dalam pertandingan seperti ini, kami harus sempurna. Kekecewaan selalu sama karena dengan banyaknya peluang, kami harus mencetak gol," ujarnya.
"Kami bermain melawan seorang pelatih yang telah memenangkan tujuh gelar Premier League, dan kami sedang membangun tim, mencoba bersaing dengan tim-tim seperti itu."
Amorim menegaskan bahwa ia bertanggung jawab penuh atas performa tim.
"Saya tidak akan membela diri, ini selalu pertanyaan yang sama, mencoba melindungi diri. Kami perlu bermain lebih baik."
"Saya tidak lebih bahagia. Saya tidak melihat satu pemain pun di tim saya yang tidak memberikan yang terbaik."
"Itu kesalahan saya, bukan kesalahan mereka, dan saya menerima itu," tutupnya