Winger Kidal Jadi Posisi Termahal di Eropa, Apa Alasannya?
- FC Barcelona Official
VIVASoccer – Selama 15 tahun terakhir, sepak bola Eropa dikuasai oleh satu tren paling panas: winger kidal yang bermain di sisi kanan lapangan.
Nama-nama seperti Lamine Yamal di Barcelona, Mohamed Salah di Liverpool, Bukayo Saka di Arsenal, hingga Michael Olise di Bayern Munich menjadi contoh generasi terkini.
Sebelumnya, jejak ini lebih dulu ditapaki oleh Arjen Robben, Gareth Bale, Ángel Di María, Riyad Mahrez, dan tentu saja Lionel Messi.
Data menunjukkan hanya 20 persen pemain yang bertumpu pada kaki kiri. Dulu, winger kidal kelas dunia muncul hanya sekali dalam beberapa tahun.
Kini, berkat perubahan taktik dan pola pembinaan usia muda, tren itu menghasilkan talenta elite hampir setiap musim.
Musim 2025/26 bahkan disebut sebagai era baru winger kidal.
Yamal, yang baru berusia 18 tahun, memimpin deretan talenta muda bersama Franco Mastantuono (Real Madrid), Estêvão (Chelsea), hingga Max Dowman (Arsenal) yang debut di Liga Inggris pada usia 15 tahun.
Dari Winger Tradisional ke Inverted Winger
Di masa lalu, peran winger identik dengan umpan silang.
Formasi 4-4-2 yang populer di Liga Inggris menempatkan pemain sayap di kedua sisi untuk mengirim bola ke kotak penalti.
Contoh terbaiknya bisa dilihat pada duet Ryan Giggs dan David Beckham di era kejayaan Manchester United.
Namun perubahan besar terjadi ketika Barcelona dan timnas Spanyol memperkenalkan tiki-taka pada 2009–2012.
Permainan berbasis umpan pendek dan penguasaan bola membuat crossing tak lagi efektif.
Data menunjukkan hanya 1,3 persen umpan silang langsung berbuah gol.
Perubahan ini melahirkan peran baru: inverted winger.
Pemain kidal di kanan atau pemain kaki kanan di kiri kini lebih sering menusuk ke dalam, membuka ruang tembak, dan menjadi sumber utama gol tim.
Dampak Besar ke Posisi Lain
Fenomena ini mengubah banyak aspek taktik sepak bola modern. Full-back kini dituntut untuk menyisir seluruh sisi lapangan dan menjadi pemberi umpan silang utama.
Striker pun berevolusi, bukan hanya sebagai mesin gol, tapi juga kreator peluang seperti Roberto Firmino atau Karim Benzema.
Gelandang pun ikut beradaptasi, dengan banyak yang dipaksa lebih berhati-hati menjaga keseimbangan agar tim tak mudah diserang balik.
Peran Georginio Wijnaldum di Liverpool jadi contoh nyata perubahan fungsi lini tengah akibat tren ini.
Scarcity: Kenapa Winger Kidal Jadi Mahal?
Karena hanya 20 persen pemain yang bertumpu pada kaki kiri, mencari winger kanan berkaki kidal dengan kualitas elite sangat sulit.
Jika ditambah kebutuhan atribut lain seperti kecepatan, teknik dribel, hingga ketenangan saat menembak, jumlahnya semakin langka.
Itu sebabnya pemain kidal di sayap kanan dihargai mahal. Klub bahkan mulai “mencetak” pemain dengan karakter ini sejak akademi.
Seorang pelatih Brasil, Rogério Ferreira, yang pernah menangani Estêvão dan Endrick, menjelaskan:
“Jika ada pemain cepat dengan kualitas duel satu lawan satu yang bagus, kami tempatkan dia di sayap. Posisi itu adalah yang paling berharga di dunia.”
Generasi Baru
Sekarang dunia sepak bola sedang menyaksikan gelombang winger kidal baru.
Yamal dianggap sebagai calon pemain terbaik dunia meski masih remaja.
Real Madrid rela membayar €45 juta untuk Mastantuono saat usianya baru 18 tahun.
Chelsea juga tak mau ketinggalan dengan merekrut Estêvão dari Palmeiras seharga €34 juta.
Sementara Arsenal memunculkan sensasi 15 tahun, Max Dowman, yang langsung memenangi penalti di debutnya di Liga Inggris.
Berbeda dengan generasi sebelumnya, talenta muda ini sudah dipoles sejak awal untuk bermain di posisi ideal mereka.
Jika Robben dan Bale pernah berkarier sebagai winger kiri atau bek sayap, Yamal, Estêvão, dan Mastantuono langsung diproyeksikan sebagai inverted winger sejak awal kariernya.
Ferreira menambahkan:
“Messi, Salah, Bale — mereka adalah panutan. Anak-anak menonton pertandingan hebat, lalu langsung keluar ke jalan dan mencoba menirukan apa yang mereka lakukan.”
Kesimpulan
Dengan pemain muda berbondong-bondong meniru Messi hingga Salah, dan klub-klub terus mencari winger kidal kanan baru, tren ini tampaknya tidak akan berhenti dalam waktu dekat.
Sepak bola modern kini menempatkan posisi ini sebagai komoditas paling berharga.
Dari Messi hingga Yamal, satu hal jelas: masa depan winger ada di kaki kiri yang bermain di sayap kanan
VIVASoccer – Selama 15 tahun terakhir, sepak bola Eropa dikuasai oleh satu tren paling panas: winger kidal yang bermain di sisi kanan lapangan.
Nama-nama seperti Lamine Yamal di Barcelona, Mohamed Salah di Liverpool, Bukayo Saka di Arsenal, hingga Michael Olise di Bayern Munich menjadi contoh generasi terkini.
Sebelumnya, jejak ini lebih dulu ditapaki oleh Arjen Robben, Gareth Bale, Ángel Di María, Riyad Mahrez, dan tentu saja Lionel Messi.
Data menunjukkan hanya 20 persen pemain yang bertumpu pada kaki kiri. Dulu, winger kidal kelas dunia muncul hanya sekali dalam beberapa tahun.
Kini, berkat perubahan taktik dan pola pembinaan usia muda, tren itu menghasilkan talenta elite hampir setiap musim.
Musim 2025/26 bahkan disebut sebagai era baru winger kidal.
Yamal, yang baru berusia 18 tahun, memimpin deretan talenta muda bersama Franco Mastantuono (Real Madrid), Estêvão (Chelsea), hingga Max Dowman (Arsenal) yang debut di Liga Inggris pada usia 15 tahun.
Dari Winger Tradisional ke Inverted Winger
Di masa lalu, peran winger identik dengan umpan silang.
Formasi 4-4-2 yang populer di Liga Inggris menempatkan pemain sayap di kedua sisi untuk mengirim bola ke kotak penalti.
Contoh terbaiknya bisa dilihat pada duet Ryan Giggs dan David Beckham di era kejayaan Manchester United.
Namun perubahan besar terjadi ketika Barcelona dan timnas Spanyol memperkenalkan tiki-taka pada 2009–2012.
Permainan berbasis umpan pendek dan penguasaan bola membuat crossing tak lagi efektif.
Data menunjukkan hanya 1,3 persen umpan silang langsung berbuah gol.
Perubahan ini melahirkan peran baru: inverted winger.
Pemain kidal di kanan atau pemain kaki kanan di kiri kini lebih sering menusuk ke dalam, membuka ruang tembak, dan menjadi sumber utama gol tim.
Dampak Besar ke Posisi Lain
Fenomena ini mengubah banyak aspek taktik sepak bola modern. Full-back kini dituntut untuk menyisir seluruh sisi lapangan dan menjadi pemberi umpan silang utama.
Striker pun berevolusi, bukan hanya sebagai mesin gol, tapi juga kreator peluang seperti Roberto Firmino atau Karim Benzema.
Gelandang pun ikut beradaptasi, dengan banyak yang dipaksa lebih berhati-hati menjaga keseimbangan agar tim tak mudah diserang balik.
Peran Georginio Wijnaldum di Liverpool jadi contoh nyata perubahan fungsi lini tengah akibat tren ini.
Scarcity: Kenapa Winger Kidal Jadi Mahal?
Karena hanya 20 persen pemain yang bertumpu pada kaki kiri, mencari winger kanan berkaki kidal dengan kualitas elite sangat sulit.
Jika ditambah kebutuhan atribut lain seperti kecepatan, teknik dribel, hingga ketenangan saat menembak, jumlahnya semakin langka.
Itu sebabnya pemain kidal di sayap kanan dihargai mahal. Klub bahkan mulai “mencetak” pemain dengan karakter ini sejak akademi.
Seorang pelatih Brasil, Rogério Ferreira, yang pernah menangani Estêvão dan Endrick, menjelaskan:
“Jika ada pemain cepat dengan kualitas duel satu lawan satu yang bagus, kami tempatkan dia di sayap. Posisi itu adalah yang paling berharga di dunia.”
Generasi Baru
Sekarang dunia sepak bola sedang menyaksikan gelombang winger kidal baru.
Yamal dianggap sebagai calon pemain terbaik dunia meski masih remaja.
Real Madrid rela membayar €45 juta untuk Mastantuono saat usianya baru 18 tahun.
Chelsea juga tak mau ketinggalan dengan merekrut Estêvão dari Palmeiras seharga €34 juta.
Sementara Arsenal memunculkan sensasi 15 tahun, Max Dowman, yang langsung memenangi penalti di debutnya di Liga Inggris.
Berbeda dengan generasi sebelumnya, talenta muda ini sudah dipoles sejak awal untuk bermain di posisi ideal mereka.
Jika Robben dan Bale pernah berkarier sebagai winger kiri atau bek sayap, Yamal, Estêvão, dan Mastantuono langsung diproyeksikan sebagai inverted winger sejak awal kariernya.
Ferreira menambahkan:
“Messi, Salah, Bale — mereka adalah panutan. Anak-anak menonton pertandingan hebat, lalu langsung keluar ke jalan dan mencoba menirukan apa yang mereka lakukan.”
Kesimpulan
Dengan pemain muda berbondong-bondong meniru Messi hingga Salah, dan klub-klub terus mencari winger kidal kanan baru, tren ini tampaknya tidak akan berhenti dalam waktu dekat.
Sepak bola modern kini menempatkan posisi ini sebagai komoditas paling berharga.
Dari Messi hingga Yamal, satu hal jelas: masa depan winger ada di kaki kiri yang bermain di sayap kanan