Resmi Juara Dunia! Ini Pengakuan Emosional Marc Marquez tentang 6 Tahun Penuh Penderitaan
- Viva.co.id
VIVASoccer – Setelah enam tahun diwarnai penderitaan, cedera parah, dan keraguan, Marc Marquez membuktikan dirinya adalah sang juara sejati.
Legenda hidup MotoGP itu akhirnya mengakhiri penantian panjangnya, mengunci gelar juara dunia kelas utama yang kesembilan dalam kariernya pada gelaran MotoGP Jepang 2025 di Sirkuit Motegi, Minggu (28/9).
Air mata sang rider Spanyol itu pecah bahkan sebelum ia melintasi garis finis. Momen emosional ini terekam jelas, mengakhiri babak terberat dalam hidupnya.
"Hari ini saya tidak bisa mengontrol emosi. Di lap terakhir, saya menangis di dalam helm, sampai sulit melihat titik pengereman," ungkap Marquez dengan senyum haru usai balapan.
Meski hanya finis di posisi kedua, tepat di belakang rekan setimnya di Ducati Lenovo, Francesco Bagnaia, hasil itu sudah lebih dari cukup untuk memastikan mahkota juara dunia kembali ke pelukannya.
Gelar ini terasa sangat istimewa, sebab tak ada juara dunia sejak tahun 1949 yang harus menunggu selama enam tahun untuk kembali merebut takhta tertinggi.
Titik Balik dari Kegelapan 2020
Karier Marquez memang seperti kisah matahari dan bulan; bersinar cemerlang, tenggelam dalam kegelapan, dan kini kembali memancarkan cahaya baru.
Sejak debutnya pada 2010, ia dikenal sebagai fenomena, dengan cepat mengoleksi delapan gelar dunia.
Ia mencetak sejarah sebagai rookie pertama setelah Kenny Roberts yang langsung menjadi juara dunia kelas utama, sekaligus yang termuda dalam sejarah.
Namun, masa kejayaan itu terhenti pada 2020. Kecelakaan parah di Jerez menyebabkan lengannya patah, yang memaksanya menjalani empat kali operasi.
Penderitaan fisik tidak berhenti di situ; ia juga harus berjuang melawan cedera patah tulang lainnya, serta dua kali mengalami masalah penglihatan ganda (diplopia).
Marquez mengakui betapa beratnya perjuangan yang ia lalui.
"Enam tahun lalu saya tidak tahu apa itu menderita. Karier saya sejak 2010 penuh kejayaan. Kalau cedera, cukup tiga atau empat bulan lalu kembali juara lagi. Tapi empat tahun terakhir benar-benar berbeda," tuturnya, merujuk pada masa-masa kelam tersebut.
Keputusan Tepat Bersama Ducati
Titik balik krusial hadir saat Marquez berani mengambil keputusan besar untuk berpisah dengan tim lamanya, Honda, dan berlabuh ke tim satelit Ducati.
Mengendarai motor yang kompetitif terbukti berhasil mengembalikan ritme balapnya yang mematikan. Marquez tampil lebih matang, penuh perhitungan, namun tetap agresif dan berani di lintasan.
Dengan total 541 poin yang berhasil ia kumpulkan sepanjang musim ini, Marquez secara resmi menutup penantian panjangnya. Gelar dunia telah kembali.
"Pada akhirnya kita semua manusia. Saya punya talenta di sini, orang lain punya talenta berbeda. Tapi kita sama-sama hanya berusaha memberikan yang terbaik," tutup Marquez, memberikan pesan penuh makna tentang ketekunan dan semangat juang.
Kisah comeback Marc Marquez ini bukan hanya tentang memenangkan gelar, tetapi tentang kemenangan manusia atas rasa sakit dan keraguan.
Penantian selama enam tahun telah terbayar lunas, mengirimkan pesan yang jelas kepada dunia balap: juara sejati tidak pernah benar-benar hilang, mereka hanya perlu menemukan motor yang tepat.*