Stop Percaya Mitos! Ini Fakta Medis tentang Bulking, Golongan Darah, dan Infus Water
VIVASoccer – Banyak anggapan seputar kesehatan yang beredar luas di masyarakat, mulai dari bulking yang disebut bisa memperberat kerja lambung.
Golongan darah yang dianggap memengaruhi daya tahan tubuh, hingga klaim bahwa infus water lebih sehat dibanding air putih.
Tidak sedikit orang yang percaya begitu saja, padahal sebagian besar hanyalah mitos yang belum terbukti secara ilmiah.
Ilustrasi Golongan Darah
- -
Menariknya, jika ditelusuri lebih dalam, ada fakta medis yang justru berbeda dari apa yang sering dipercaya sehari-hari. Dalam kanal YouTube dokter Tirta ia menjelaskan seputar mitos dan fakta seputar kesehatan.
Salah satunya adalah klaim bahwa bulking dapat memperberat kerja lambung. Menurutnya, hal ini tidak sepenuhnya benar.
Lambung memiliki kapasitas berbeda pada tiap orang, sehingga rasa penuh atau sebah lebih dipengaruhi oleh kondisi perut, bukan semata karena program bulking.
"Ketika makanan masuk penuh tidaknya lambung itu kan tergantung otot-otot sfingter kalau dia sudah ngasa penuh di kita akan ngasa sebah atau kayak penuh itu loh." kata dokter yang sering disapa Peng-Peng itu.
"Jadi, mau muntah karena itu makanannya sudah mau reflex melebihi otot sfingter ke esofagus" tutur dokter Tirta.
Justru yang lebih berat bekerja adalah mulut saat mengunyah serta ginjal yang harus menyaring protein lebih banyak.
Isu lain yang kerap jadi perdebatan adalah pengaruh golongan darah terhadap daya tahan tubuh.
Dokter Tirta menegaskan bahwa golongan darah hanya berperan penting dalam proses donor dan transfusi darah, bukan penentu seseorang lebih mudah sakit atau tidak.
"Golongan darah itu hanya berpengaruh kalau misalkan keturunan sama donor darah. Jadi, ketika kita mau donor darah atau kita mau transplantasi itu dilihat golongan darahnya apa agar tidak menimbulkan efek penggumpalan" tambahnya.
Selain itu, tren infus water juga turut dibahas. Menurut dokter Tirta, air putih tetap menjadi pilihan utama untuk menjaga hidrasi.
Infus water, air kelapa, atau cairan elektrolit hanya diperlukan dalam kondisi tertentu, misalnya setelah olahraga berat atau saat dehidrasi.
Edukasi ini sekaligus meluruskan bahwa banyak mitos kesehatan yang beredar di masyarakat perlu dilihat dari konteks medis yang tepat agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.**