Eropa atau Indonesia? Ini Saran Menohok Sang Legenda untuk Pemain Diaspora
- VIVAJabar
VIVA Soccer – Gelombang pemain diaspora yang memilih merapat ke klub-klub Indonesia semakin kencang. Fenomena ini memicu berbagai pandangan, termasuk dari para legenda sepak bola Tanah Air. Salah satu pandangan menarik datang dari Firman Utina, mantan kapten Timnas Indonesia.
Dalam sebuah segmen di kanal YouTube "Bola Update Terkini" yang tayang pada 11 Juli 2025 dengan judul "Nasib Pemain Diaspora: Pilih Eropa atau Liga 1?", Firman Utina memberikan perspektifnya mengenai pilihan karier para pemain berdarah Indonesia yang tumbuh dan berkembang di luar negeri.
"Sebaiknya mereka (pemain diaspora) tetap fokus berkarier dan mendapatkan menit bermain di Eropa dulu," ujar Firman Utina, seperti yang dikutip dari kanal YouTube Bola Update Terkini.
"Itu akan sangat bagus untuk perkembangan mereka, karena intensitas dan kualitas kompetisi di sana berbeda," sambungnya.
Firman Utina menekankan bahwa pengalaman berkompetisi di liga-liga Eropa, meskipun di level menengah, bisa memberikan fondasi yang kuat bagi pemain.
Firman Utina
- Istimewa
Persaingan yang ketat, fasilitas latihan yang mumpuni, serta lingkungan sepak bola yang profesional di Eropa diyakini dapat membentuk mental dan kemampuan teknis pemain secara optimal.
Namun, Firman juga memahami realita bahwa tidak semua pemain diaspora bisa langsung mendapatkan tempat utama atau menit bermain yang konsisten di klub Eropa. Kondisi ini seringkali menjadi dilema bagi para pemain muda yang membutuhkan jam terbang untuk mengembangkan potensi mereka.
"Tapi, kalau sulit menit bermain ya..." lanjut Firman Utina, memberikan jeda yang penuh makna dalam wawancaranya.
"Kalau di sana (Eropa) mereka kesulitan mendapatkan menit bermain, tidak dimainkan, ya buat apa juga. Lebih baik mencari klub di mana mereka bisa bermain reguler," sambungnya.
Menurut Firman, opsi merapat ke klub Indonesia bisa menjadi pilihan realistis jika tujuan utamanya adalah mendapatkan kesempatan bermain secara konsisten. Minut bermain yang cukup sangat krusial bagi perkembangan seorang pemain, terutama di usia muda.
Pandangan Firman Utina ini mencerminkan dilema yang dihadapi banyak pemain diaspora. Di satu sisi, kualitas kompetisi di Eropa menjanjikan perkembangan yang lebih pesat. Di sisi lain, jaminan menit bermain di Indonesia bisa menjaga performa dan kepercayaan diri pemain.
Beberapa pengamat setuju dengan Firman, bahwa "pulang kampung" ke Liga 1 bisa jadi jembatan untuk kembali ke Eropa dengan pengalaman yang lebih matang. Namun, ada pula yang khawatir kepindahan terlalu dini ke Liga 1 bisa membuat mereka "terjebak" dan sulit kembali ke level kompetisi yang lebih tinggi.
Terlepas dari pro dan kontra, kehadiran pemain diaspora di Liga 1 tentu membawa angin segar. Mereka diharapkan dapat meningkatkan kualitas kompetisi domestik dan menjadi inspirasi bagi talenta-talenta lokal. Pilihan terakhir tentu berada di tangan sang pemain, dengan mempertimbangkan prioritas pengembangan karier masing-masing. ****