Bikin Geger! Tim Peringkat Rendah Kini Bisa Main Kandang di Semifinal Liga Champions
- SkySports
VIVASoccer – UEFA resmi mengubah sistem penentuan tuan rumah leg kedua di fase gugur Liga Champions, dan kebijakan baru ini langsung menuai kontroversi karena tidak lagi sepenuhnya mengacu pada peringkat akhir fase liga.
Perubahan besar ini mulai berlaku musim 2025/2026 dan mempengaruhi semua babak dari 16 besar hingga semifinal, termasuk kompetisi Eropa lainnya seperti Liga Europa, Conference League, dan Liga Champions Wanita.
Sebelumnya, tim dengan posisi lebih tinggi di fase liga akan otomatis mendapat keuntungan menjamu lawan di leg kedua fase gugur, seperti tim peringkat ketiga menghadapi tim peringkat ke-15.
Namun kini UEFA menegaskan bahwa hanya empat tim teratas yang mendapat jaminan main kandang di leg kedua babak 16 besar dan perempat final, dan hanya peringkat satu dan dua yang diberi keistimewaan serupa di semifinal.
Uniknya, jika tim unggulan tersingkir, maka tim yang menyingkirkan mereka otomatis "mewarisi" hak menjadi tuan rumah di leg kedua babak berikutnya, terlepas dari peringkat mereka sendiri.
"Hal ini berarti, tim yang menyingkirkan unggulan seperti peringkat 1, bisa menjadi tuan rumah leg kedua meski mereka hanya peringkat ke-17," tulis UEFA dalam pernyataan terbarunya.
Contoh nyata dari ketimpangan sistem sebelumnya adalah Arsenal musim lalu, yang finis di posisi ketiga namun harus memainkan leg kedua semifinal di kandang PSG yang finis ke-15.
Dalam sistem baru, Arsenal tetap tidak akan mendapatkan keuntungan kandang karena PSG sempat menyingkirkan Liverpool (peringkat 1), sehingga mereka otomatis mengambil alih hak tuan rumah tersebut.
Dengan skema baru ini, tim yang finis di posisi lebih rendah bisa mendapat hak main kandang jika berhasil menyingkirkan unggulan utama, sebaliknya tim peringkat 3 atau 4 bisa saja kehilangan keuntungan kandang meski tampil lebih konsisten.
Sistem ini bertolak belakang dengan praktik umum di olahraga profesional Amerika Serikat yang melakukan “re-seeding” setelah setiap babak untuk memastikan tim tertinggi tetap mendapat keistimewaan jalur.
Jika aturan ini sudah diterapkan musim lalu, maka Barcelona yang finis di peringkat kedua seharusnya menjamu Inter Milan (peringkat keempat) di leg kedua semifinal, bukan sebaliknya.
Kasus lainnya adalah Arsenal yang kalah hak tuan rumah di perempat final saat menghadapi Real Madrid, padahal tim London itu finis jauh di atas Madrid dalam fase liga.
Dengan aturan baru ini, UEFA dianggap berupaya menyeimbangkan jalur tim-tim yang lolos tanpa memberi dominasi penuh kepada tim unggulan awal, tapi tetap menyisakan tanda tanya soal keadilan kompetitif
VIVASoccer – UEFA resmi mengubah sistem penentuan tuan rumah leg kedua di fase gugur Liga Champions, dan kebijakan baru ini langsung menuai kontroversi karena tidak lagi sepenuhnya mengacu pada peringkat akhir fase liga.
Perubahan besar ini mulai berlaku musim 2025/2026 dan mempengaruhi semua babak dari 16 besar hingga semifinal, termasuk kompetisi Eropa lainnya seperti Liga Europa, Conference League, dan Liga Champions Wanita.
Sebelumnya, tim dengan posisi lebih tinggi di fase liga akan otomatis mendapat keuntungan menjamu lawan di leg kedua fase gugur, seperti tim peringkat ketiga menghadapi tim peringkat ke-15.
Namun kini UEFA menegaskan bahwa hanya empat tim teratas yang mendapat jaminan main kandang di leg kedua babak 16 besar dan perempat final, dan hanya peringkat satu dan dua yang diberi keistimewaan serupa di semifinal.
Uniknya, jika tim unggulan tersingkir, maka tim yang menyingkirkan mereka otomatis "mewarisi" hak menjadi tuan rumah di leg kedua babak berikutnya, terlepas dari peringkat mereka sendiri.
"Hal ini berarti, tim yang menyingkirkan unggulan seperti peringkat 1, bisa menjadi tuan rumah leg kedua meski mereka hanya peringkat ke-17," tulis UEFA dalam pernyataan terbarunya.
Contoh nyata dari ketimpangan sistem sebelumnya adalah Arsenal musim lalu, yang finis di posisi ketiga namun harus memainkan leg kedua semifinal di kandang PSG yang finis ke-15.
Dalam sistem baru, Arsenal tetap tidak akan mendapatkan keuntungan kandang karena PSG sempat menyingkirkan Liverpool (peringkat 1), sehingga mereka otomatis mengambil alih hak tuan rumah tersebut.
Dengan skema baru ini, tim yang finis di posisi lebih rendah bisa mendapat hak main kandang jika berhasil menyingkirkan unggulan utama, sebaliknya tim peringkat 3 atau 4 bisa saja kehilangan keuntungan kandang meski tampil lebih konsisten.
Sistem ini bertolak belakang dengan praktik umum di olahraga profesional Amerika Serikat yang melakukan “re-seeding” setelah setiap babak untuk memastikan tim tertinggi tetap mendapat keistimewaan jalur.
Jika aturan ini sudah diterapkan musim lalu, maka Barcelona yang finis di peringkat kedua seharusnya menjamu Inter Milan (peringkat keempat) di leg kedua semifinal, bukan sebaliknya.
Kasus lainnya adalah Arsenal yang kalah hak tuan rumah di perempat final saat menghadapi Real Madrid, padahal tim London itu finis jauh di atas Madrid dalam fase liga.
Dengan aturan baru ini, UEFA dianggap berupaya menyeimbangkan jalur tim-tim yang lolos tanpa memberi dominasi penuh kepada tim unggulan awal, tapi tetap menyisakan tanda tanya soal keadilan kompetitif